Oleh: Sarno Harjato
1. Susunan Bagian Dalam Bumi
Sebagaimana
diketahui, bumi kita ini bulat seperti sebuah bola raksasa dengan diameter
sekitar 12.740 Km atau radius sekitar 6.370 Km. Bila bumi kita diibaratkan
sebutir telur, maka kuning telur adalah bagian inti bumi, sedang putih telur
adalah selubung bumi; sementara cangkang telur adalah kerak bumi. Jadi bumi
terbagai menjadi 3 bagian utama, dari luar ke dalam adalah kerak bumi, selubung
atau mantel dan inti bumi. Lapisan kerak bumi terbai menjadi 2 bagian, yakni
bagian atas yang disebut lapisan sial [silika-aluminina] berkomposisi granit.
Dan bagian bawah yang disebut lapisan sima [silika-magnesia] berkomposisi
basalt. Tebal kerak bumi terbesar 70 Km dengan rincian bagian atas berkisar
10-12 Km mempunyai densitas [masa jenis] 2,7 dan baian bawah 15-20 Km mempunyai
densitas 2,95. Penelitian menunjukkan bahwa tebal di lantai samudera 5 Km,
sementara di daratan 64 Km di bawah lapisan pegunungan.
Di bawah kerak
bumi terdapat selubung atau mantel, suatu lapisan dengan densitas 3,4 sampai 4
dan tebal lapisan 2.200 Km atau sampai kedalaman 2.900 Km di bawah permukaan
bumi. Selubung atau mantel ini terbagi menjadi 2 lapisan; yakni lapisan atas
dan lapisan bawah. Lapisan selubung atas dibatasi oleh lapisan pemisah
Mohorovicic dengan lapisan kerak bumi bagian bawah. Sementara lapisa selubung
bawah dibatasi oleh lapisan pemisah Gutenburg dengan lapisan di bawahnya [inti
bumi]. Lapisan selubung atas mempunyai densitas 3,3 pada lapisan Mohorvicic.
Meskipun bersifat padat namun lapisan ini sangat panas [1.300-1.500 C] dan
dapat mengalir secara perlahan-lahan.5,7 pada lapisan Gutenburg, lebih padat
dan juga lebih panas karena tekanan dari atas serta temperaturnya mencapai
1.500-3.000 C. Lapisan selubung kemungkinan berkomposisi batuan olivin dan
sering disebut sel peridotite. Lapisan atas sering disebut lapisan sulfida,
sementara lapisan bawah disebut lapisan nife [nikel-ferum]
Lapisan inti
atau juga disebut barisfer mempunyai ketebalan 4.470 Km, terdiri dari oksida
besi nikel seperti bawah selubung. Lapisan inti ini pun terbagi 2; yaitu
lapisan inti luar yang cair dengan ketebalan 2.100 Km dan lapisan inti dalam
yang padat dengan ketebalan 1.370 Km. Dugaan bahwa lapisan inti atas cair
karena tidak dapat dilewati oleh gelombang sekunder gempabumi. Densitas lapisan
inti berkisar dari 9,5 hingga 14,5; atau mungkin lebih tinggi lagi. Sekalipun
hingga kini tak seorang pun tahu berapa suhu inti bumi ini, namun diperkirakan
lebih tinggi dari 2.700 C dengan tekanan 3,5 x 10 pangkat 6
bar.
Batuan lapisan
selubung dan kerak secara bersama-sama disebut litosfer, sementara kerak bumi
ini terdiri atas lempeng-lempeng. Lempeng-lempeng tersebut seolah mengapung di
atas selubung dan bergerak yang disebut “continental-drift”. Di bawah litosfer
terdapat lapisan batuan yang lebih lunak disebut astenosfer. Panas yang
terdapat di dalam bumi jadi penggerak [tektonik] lempeng-lempeng kerak bumi;
sehingga lempeng-lempeng selalu bergerak. Karena yang menggerakkan
lempeng-lempeng tersebut adalah gaya tektonik, maka lempeng-lempengnya pun disebut
lempeng tektonik. Proses pergerakan tersebut yang menyebabkan pemekaran dasar
samudera dan terjadinya pelipatan, patahan atau pergeseran kerak bumi, terutama
bagian kulit bumi, dan membentuk jalur-jalur pegunungan.
Lempeng-lempeng
ini terus merayap sepanjang era geologi dengan kecepatan beberapa cm per tahun.
Lempeng-lempeng bergerak saling menjauh, saling bergeser, saling bertabrakan
dan juga menunjam atau emnyusup terhadap lempeng lainnya. Benua-benua yang ada
sekarang adalah hasil pergerakan lempeng satu terhadap lainnya secara
perlahanlahan dalam waktu yang sangat lama. Misalnya benua Afrika dan Amerika
Selatan yang tadinya menyatu, bergerak saling menjauh dengan kecepatan 2 sampai
3 cm per tahun dalam waktu 160 juta tahun.
2. Mineral
Mineral adalah
sebagian besar zat hablur yang ada dalam kerak bumi serta bersifat homogen,
baik fisik maupun kimiawi. Mineral tersebut merupakan persenyawaan anorganik
asli yang mempunyai susunan kimia yang tetap. Mineral-mineral inilah yang
merupakan bagian dari batuan atau dengan kata lain mineral adalah yang
membentuk batuan, baik sendiri maupun berasosiasi. Sebagian mineral ini
terdapat dala keadaan padat, tetapi juga dapat berada dalam keadaan setengah
padat, cair ataupun gas. Mineral padat biasanya terdapat dalam bentuk kristal,
misalnya kalsit, felspar, kuarsa, korundum, beril, kridsoberil dan lain-lain.
Minyak bumi adalah contoh mineral dalam bentuk cair, sedangkan gas bumi adalah
contoh mineral dalam bentuk gas.
Banyak sifat
fisik mineral yang dapat menolong kita dalam melakukan pengenalan dan
sifat-sifat inilah yang akan sangat berhubungan erat dengan batumulia. Diantara
sifat-sifat fisik tersebut antara lain warna, kilap, bentuk, kristal, belahan,
berat jenis, sifat optik dan kekerasan. Dari analisis batuan, baik kimia maupun
mineralogi, terbukti bahwa hanya ada 8 mineral utama yang memegang peranan
penting dalam pembentukan batuan di kerak bumi. Mineral-mineral ini disebut
sebagai pembentuk batuan. Mineral pembentuk batuan sebenarnya dibedakan menjadi
3, yaitu: mineral utama atau mineral primer, mineral
sekunder dan mineral aksesor. Contoh mineral utama
adalah kuarsa, felspar, felspatoid, mika, amfibol, piroksin dan olivin. Mineral
sekunder adalah mineral yang terbentuk setelah mineral primer, misalnya klorit,
klinoklor, dan biotit. Sementara mineral aksesor adalah mineral yang terdapat
dalam jumlah sedikit, tapi hampir terdapat dalam semua batuan, misalnya
magnetit dan sirkon.
Mineral
tersusun oleh satu atau lebih unsur kimia, msalnya Si, Al, Fe, Ca, K, Na, P,
Mg, Sr dan sebagainya. Unsur-unsur inilah yang secara sendiri atau bersama-sama
membentuk mineral dan selanjutnya mineral-mineral tersebut secara sendiri atau
bersama-sama membentuk batuan. Dengan kata lain unsur adalah pembentuk mineral
dan mineral adalah pembentuk batuan. Mineral yang terbentuk oleh satu unsur
misalnya intan dan grafit. Sedangkan mineral yang terbentuk oleh lebih dari
satu unsur misalnya kuarsa [amethyst, opal, krisopras], korundum [rubi dan
safir], krisoberyl [aleksandrit], beryl [akuamarin], dan lain-lain.
3. Batuan
di Kerak Bumi
Kerak bumi yang
telah dipelajari hanyalah kerak bumi bagian atas atau lebih tepat disebut
bagian kulit luarnya saja. Kulit kerak bumi, dimana sekarang ini kita hidup,
terdiri dari berbagai macam batuan, dari mulai yang bersifat asam, sampai yang
bersifat basa. Perlu diketahui bahwa pengertian batuan dalam ilmu geologi
berbeda sekali dengan pengertian sehari-hari. Dalam ilmu geologi segala
material yang membentuk dan menyusun kerak bumi disebut batuan, baik yang
bersifat keras dan lunak, maupun yang bersifat repui dan lepas. Jadi yang
disebut batuan adalah segala sesuatu yang menjadi bahan dalam pembentukan kerak
bumi. Batuan-batuan tersebut tersusun oleh satu atau beberapa mineral, seperti
kuarsa, felspar, kalsit, dolomit, magseit, mika, biotit, mikroklin dan ratusan
lagi yang lain. Secara garis besar batuan dibedakan menjadi 3 yaitu batuan
beku, batuan sedimen dan batuan metamorfik.
a. Batuan
Beku
Batuan beku
terbentuk dari pembekuan larutan silikat yang cair dan pijar dikenal dengan
sebutan magma. Magma yang semula berada di dalam bumi oleh kekuatan gas yang
ada di dalamnya terdorong naik ke atas melalui tempat-tempat lemah dalam kerak
bumi, seperti patahan, lubang, rongga, atau rekahan. Jadi magma dapat keluar ke
permukaan kerak bumi melalui rongga dan membentuk gunungapi. Rongga tempat
magma keluar disebut pipa atau leher gunungapi [volcanic neck]. Ada pula magma
yang melalui rongga-rongga, retakan-retakan dan celah-celah kerak bumi yang
berkilometer panjangnya. Dalam perjalanan ke kerak bumi, maka cairan magma cair
dan pijar tersebut membeku, baik ketika masih di dalam maupun setelah di luar
kerak bumi. Batuan yang membeku di dalam kerak bumi disebut batuan beku dalam
[intrusi] yang juga disebut batuan plutonik atau abisik. Umumnya batuan
plutonik ini mempunyai struktur holokristalin, artinya semua mineral dalam
bentuk hablur atau kristal, misalnya batuan granit. Hal ini disebabkan karena
cairan magma membeku secara perlahan-lahan, sehingga mineral
yang menghablur masih sempat membentuk kristal yang sempurna dan
berukuran besar. Umumnya ini terjadi pada kedalaman 15 sampai 50 Km di dalam
bumi. Jadi bila kita menemukan batuan granit atau pegmatit terhampar di
permukaan [sekarang], sebenarnya [dahulu] membeku jauh di dalam bumi. Batuan
tersebut tersingkap di permukaan karena adanya pengangkatan dan erosi.
Keadaan
tersebut berbeda dengan batuan yang membeku di luar kerak bumi disebut batuan
beku luar [ekstrusi] yang umumnya mempunyai struktur porfir atau setengah
kristalin. Mineral dalam batuan berstruktur porfir ini dapat berkembang dalam
dua atau tiga generasi, artinya satu jenis mineral dapat ditemukan dalam dua
atau tiga bentuk; misalnya dalam kristal besar dan kecil. Terjadinya struktur
porfir ini karena magma yang naik ke tempat yang lebih tinggi ada yang berbeda
dengan keadaan semula. Beberapa kristal yang terbentuk pertama dan berukuran
besar disebut fenokrist pada saat magma mulai mendingin karena bersinggungan
dengan batuan sekitar. Magma yang relatif lebih dingin ini meneruskan
perjalanan ke atas dan mendingin secara cepat atau tiba-tiba setelah
bersinggungan dengan udara. Pendinginan tiba-tiba ini mengakibatkan
terbentuknya kristal berukuran kecil. Bila tidak sempat menghablur magma akan
membentuk masa yang tidak mengandung kristal atau amorf. Jadi sifat utama dari
struktur porfir ini ialah kristal yang besar [fenokrist] terletak pada masa
dasar [matriks] yang terdiri dari kristal kecil atau amorf.
Ada 4 jenis
magma, yaitu magma granit, magma seinit, magma diorit dan magma gabro. Urutan
ini menunjukkan sifat keasaman yang makin rendah, sementara warna makin gelap.
Batuan granit disebut batuan asam karena banyak mengandung silika, sedangkan batuan
gabro disebut batuan basa karena kadar silikanya berkurang. Warna yang muda
pada batuan asam [granit] disebabkan oleh mineral-mineral berwarna muda,
sedangkan warna yang lebih tua pada batuan basa disebabkan oleh banyaknya
mineral-mineral ferro-magnesium. Susunan mineral batuan granit ialah kuarsa,
ortoklas, plagioklas, biotit dan hornblende; sedang mineral aksesornya ialah
apatit, magnetit dan sirkon. Batuan granit yang lebih masam dari batuan
induknya dan berbutir kasar adalah batuan pegmatit atau batuan granit grafik,
sedangkan yang berbutir halus disebut batuan aplit. Batuan lelehan, membeku di
luar atau di permukaan dari magma granit disebut batuan riolit, memiliki
susunan kimia sama dengan batuan granit, tapi strukturnya yang berbeda;
biasanya struktur porfir atau amorf.
Batuan seinit
mempunyai susunan mineralogi hampir sama dengan batuan granit, tapi tidak
mengandung batuan kuarsa, sehingga warnanya juga lebih tua. Lelehan dari magma
atau batuan seinit disebut batuan porfirseinit atau batuan trakhit, biasanya
dapat dikenal dari fenokrisnya yang besar, misalnya mineral sanidin. Magma atau
batuan diorit juga mempunyai susunan mineral hampir sama dengan batuan granit
dan batuan seinit, namun jumlah mineral ferro-magnesiumnya bertambah sehingga warnanya
lebih tua. Mineral felspar dalam batuan diorit umumnya plagioklas, sementara
mineral femiknya adalah piroksin dan amfibol. Lelehan batua diorit disebut
batuan andesit dan umumnya dihasilkan oleh gunungapi, terutama di Indonesia.
Antara batuan diorit dan batuan granit terdapat berbagai bentuk peralihan
misalnya batuan granodiorit dan batuan diorit kuarsa. Magma atau batuan gabro
mempunya warna lebih tua dari ketiga batuan tersebut sebelumnya, karena
tersusun dari mineral femik seperti piroksin dan olivin. Lelehan batuan gabro
disebut batuan basalt dan merupakan batuan paling umum dijumpai di mana-mana.
Misalnya seluruh pulau Iceland tertutup oleh batuan basalt dengan luas sekitar
100.000 Km2 dan tebal 300 M, sementara gunungapi di Indonesia umumnya juga
menghasilkan batuan basalt, misalnya di daerah Sukadana, Lampung.
b. Batuan
Sedimen
Pengaruh iklim
dan lamanya waktu tersingkap di permukaan dan adanya berbagai kekuatan, maka
batuan beku mengalami suatu proses perombakan, penghancuran dan pengangkutan
yang disebut erosi. Material yang berasal dari batuan yang terkena proses erosi
terbawa oleh aliran air dan diendapkan di dasar laut, danau, cekungan atau
tempat-tempat rendah lainnya sebagai batuan sedimen. Salah satu sifat batuan
sedimen adalah berlapis-lapis, misalnya batugamping, lempung, batupasir dan
lumpur. Adanya perlapisan-perlapisan tersebut disebabkan oleh perbedaan butir
atau adanya selang waktu yang cukup lama, ribuan atau jutaan tahun. Tebal
lapisan juga bervaria si dari beberapa cm sampai beberapa meter. Biasanya
lapisan paling tebal terdapat di tempat pengendapan yang paling dalam. Makin ke
tepi atau ke tempat dangkal pelapisan akan makin menipis atau membaji.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada waktu kerak bumi terbentuk untuk pertama kalinya seluruh
batuan dalam kerak bumi adalah batuan hablur atau batuan kristal. Dari batuan
hablur inilah kemudian terbentuk batuan sedimen, karena adanya kekuatan dari
luar seperti pelapukan, aliran air dan angin. Awalnya batuan sedimen ini masih
dalam keadaan lunak dan urai, karena adanya proses pemampatan, maka terjadi
mampat dan keras. Proses pemampatan ini disebabkan adanya tekanan dari atas
atau beban karena tebalnya endapan, atau juga karena adanya gaya pelipatan dan
lain-lain. Ada juga batuan sedimen klastik yang diendapkan oleh aktivitas
gunungapi disebut batuan sedimen piroklastik atau rempah-rempah gunungapi,
misalnya tufa, lapili, bom dan sejenisnya.
Disamping itu
juga ada batuan sedimen yang diendapkan secara kimiawi dan organik. Batuan sedimen
yang terbentuk oleh proses kimia, yakni mengendap langsung dari larutan yang
mengandung berbagai unsur di dasar samudera, laut atau danau. Contoh sedimen
kimiawi adalah batugamping, dolomit, magnesit, gipsum, halit dan sebagainya.
Sementara batuan sedimen yang terbetuk secara organik adalah batuan sedimen
yang diendapkan langsung dari larutan dengan pertolongan jasad hidup, baik
tumbuh-tumbuhan maupun hewan, misalnya batu gamping koral, ganggang, radiolarit
dan lain-lain.
c. Batuan
Metamorf
Ada satu jenis
lagi batuan yang desbut batuan metamorf, baik yang berasal dari batuan beku
maupun dari batuan sedimen, yang telah terkenan proses perubahan karena panas
dan tekanan. Ketika magma yang cair dan kental, naik ke permukaan melalui celah
atau lubang, menyinggung dan menekan batuan yang telah ada sehingga batuan
samping tersebut mengalami proses ubahan atau metamorfosa. Batuan yang telah
mengalami perubahan ini disebut batuan metamorf. Batuan metamorf yang berasal
dari batuan beku, misalnya skist dan genes, sementara yang berasal dari batuan
sedimen, contohnya marmer dan batusabak. Metamorfosa ini juga dapat terjadi
karena adanya patahan atau timbunan batuan di atasnya, tapi biasanya jangkauan
dan perubahannya sangat terbatas. Ada satu lagi proses perubahan yang tidak
melibatkan panas dan tekanan, yaitu proses yang disebut diagenesa, misalnya
perubahan batuan tufa [riolitik] menjadi bentonit, zeolit dan/atau
felspar.
Ada 3 jenis
metamorfosa yaitu metamorfosa termal atau metamorfosa sentuh, metamorfosa
dinamo dan metamorfosa regional. Pada metamorfosa termal atau metamorfosa
sentuh yang berperan penting adalah temperatur, sementara tekanan hanya
berperan kecil. Kita kenal adanya beberapa jenis metamorfosa sentuh ini
misalnya pirometamorfosa [panas], pneu-matolisa [gas], hidrotermal [air] dan
sebagainya. Pada metamorfosa dinamo yang berperan penting adalah tekanan,
biasanya berarah dan terjadi pada bagian atas kerak. Tekanan ini biasanya
berasal dari gaya yang disebabkan oleh gerakan patahan atau sesaran pada batuan
yang sudah. Pada waktu pergeseran terjadi, maka temperatur akan sering
meningkat dan mengubah batuan sekitar menjadi batuan pseudotakhilit.
Metamorfosa
regional terbentuk, jika tekanan dan temperatur bekerja bersama di bagian dalam
kerak bumi dalam jangkauan yang luas, karena tekanan dan temperatur sangat
tinggi dan berlangsung cukup lama. Metamorfosa regional ini dibagi menjadi 3
zona, yaitu epizone, mesozone dan katazone,
dan di zona-zona ini dicirikan oleh mineral-mineral tertentu. Mineral batuan
metamorf di daerah epizone antara lain serpih dan filit serta gneis yang kaya
akan mineral albit. Di daerah mesozone biasanya terdapat sekis [sekis biotit
dan sekis muskovit] dan genis [genis aluminium dan genis silisium], sementara
mineral yang khas adalah granat staurolit dan kyanit. Umumnya batuan di zona
ini menunjukkan sekistositas yang nyata, kecuali marmer [batugamping metamorf]
dan kuarsit [batupasir kuarsa metamorf]. Di daerah katazone berlaku tekanan dan
temperatur tinggi, tapi tekanan di sini bukan terarah melainkan hidrostatik.
Cirinya, batuan yang terubah menunjukkan kristalisasi seluruhnya, sementara
sekistositasnya tidak nyata. Mineral petunjuk metamorfosa da daerah katazone
ini antara lain silimanit, kordiri dan katagranat.
1. Struktur Kerak
Bumi
Umumnya batuan
sedimen diendapkan mendatar, kecuali yang diendap-kan di tepi dasar laut atau
danau yang posisinya miring atau membaji. Baik batuan beku mau pun batuan
sedimen di kerak bumi mengalami deformasi atau perubahan bentuk karena adanya
gerakan tektonik, misal lempenglempeng saling berbenturan. Benturan ini akan
menimbulkan gaya tangensial [mendatar] yang menyebabkan batuan sedimen akan
terlipat dan melengkung, dan mungkin juga patah atau bergeser. Punggung lipatan
disebut antiklinal, sedangkan lembah lipatan disebut sinklinal. Apabila posisi
lapisan batuan berubah, misalnya naik, turun atau bergeser, maka perubahan ini
disebabkan karena adanya patahan atau sesar. Jenis-jenis patahan ini banyak
sekali, misalnya patahan naik, patahan turun, patahan jenjang, patahan mendatar
dan sebagainya. Struktur patahan dan lipatan akan lebih nyata dan mudah diamati
pada batuan sedimen.
Bentuk struktur
lain, terutama yang berkaitan dengan batuan beku adalah bentuk ekstrusi atau
intrusi. Yang dimaksud dengan bentuk ekstrusi ialah bentuk yang diangun oleh
magma ketika mencapai permukaan bumi. Apabila magma yang mencapai permukaan
yang disebut lava ini masih cair, maka akan menyebar luas dan terbatas bila
sudah mengental. Lava ini bersama material yang dikeluarkan pada waktu
gunungapi meletus yang akan membentuk gunungapi strato. Bila tubuh gunungapi
ini tererosi, maka yang tertinggal adalah lava yang tersekap dalam korok
sebagai tiang erupsi atau leher gunungapi [volcanic neck]. Meskipun bentuk
tiang erupsi ini berhubungan dengan bentuk ekstrusi, namun digolongkan sebagai
bentuk intrusi.
Magma yang
sedang dalam perjalanan menuju ke permukaan sering tidak sampai mencapai
permukaan, karena keburu membeku di dalam bumi. Bentuk ini disebut bentuk
intrusi yang menerobos batuan, baik batuan beku, maupun batuan sedimen, tapi
juga sering menyelinap di antara perlapisan atau memotong perlapisan sedimen
yang dilewati. Ada bermacammacam bentuk intrusi dengan nama yang berbeda-beda
pula, misalnya intrusi lakolit, lopolit, fakolit, batolit, intrusi gelang,
intrusi corong, dyke, gang, dan lain-lain.
[sh]
Prediksi Togel Sgp Mbah Bonar 15 Agustus 2019 Ayo Pasang Angka Jitumu Disini Gabung sekarang dan Dapatkan Bonus Setiap Hari !!!
BalasHapus