This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 31 Oktober 2014

11 Penambang Pasir Divonis 1 Bulan

31 Oktober 2014 1:49 WIB

KEBUMEN – Satpol PP menunjukkan komitmennya dalam menangani penambangan pasir Sungai Luk Ulo. Setelah melakukan serangkaian pembinaan dan penertiban, lembaga penegak perda itu membawa para penambang ilegal tersebut ke pengadilan. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 11 penambang pasir Luk Ulo yang telah terjaring operasi Satpol PP beberapa waktu lalu pun disidang di Pengadilan Negeri (PN) Kebumen, kemarin.
Proses sidang berjalan alot, karena pembuktiannya menggunakan barang bukti cukup banyak berupa peralatan mesin sedot. Bahkan, sidang yang dimulai pukul 11.30 itu diskors hingga 30 menit. Selanjutnya, sidang yang dipimpin hakim tunggal Afit Rufiadi itu lantas divonis satu bulan penjara. Namun, putusan satu bulan penjara itu tidak perlu dijalani oleh terdakwa. Sebelas penambang tersebut hanya diberi hukuman dengan masa percobaan tiga bulan dan masing-masing diminta membayar denda Rp 1 juta. ”Selama tiga bulan itu, ketika mereka melakukan penambangan, maka langsung dijebloskan ke penjara,” tegas Kasatpol PP Pemkab Kebumen RAI Ageng Sulistyo Handoko melalui Kabid Penegakkan Perda Sugito Edy Prayitno usai mengikuti sidang kemarin.
Para terdakwa telah dengan sengaja melakukan kegiatan penambangan pasir tanpa izin dengan menggunakan mesin sedot di Desa Peniron, Kecamatan Pejagoan pada Rabu (16/10), pukul 11.00. Kali Pertama Ada pula yang beraktivitas di Desa Kebagoran Kecamatan Pejagoan dan Desa Kemangguan, Kecamatan Alian pada Sabtu (18/10), pukul 16.00.Mereka melanggar pasal 171 Perda Kebumen No 22 Tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Sugito mengatakan, sidang kali pertama dengan terdakwa penambang pasir Luk Ulo itu bentuk komitmen Satpol untuk menegakkan Perda tentang Pertambangan dan peraturan lainnya. Harapannya, masyarakat Kebumen tertib. Sugito menjelaskan, Pemkab tidak melarang penambangan asalkan berizin.
Sesuai Perda Nomor 22 Tahun 2011 disebutkan, usaha pertambangan harus memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP). Untuk area kurang dari 1 hektare, kata Sugito, harus ada Izin Penambangan Rakyat (IPR) dengan ketentuan tidak diperbolehkan menggunakan alat mekanik, seperti mesin sedot dan ekskavator.
Aktivitas alat berat untuk menambang pasir itu merusak lingkungan Sungai Luk Ulo. Selain menggerus area perumahan penduduk, sawah di sekitar sungai berkelok-kelok tersebut juga lenyap dan infrastruktur seperti jalan, waduk dan jembatan rusak. Kerusakan Sungai Luk Ulo pun mengakibatkan longsor dan banjir. Untuk memperbaiki kerusakan yang ada dibutuhkan dana besar. Tinggal kesadaran masyarakat dan penambang untuk menjaga lingkungan. (K5-42,48)
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/11-penambang-pasir-divonis-1-bulan/

Senin, 06 Oktober 2014

Peminat Batu Akik di Wonosobo “Menggeliat”

6 Oktober 2014 3:07 WIB

PERAJIN BATU: Sejumlah perajin batu aji/akik Wonosobo melakukan proses produksi. (suaramerdeka.com/Sudarman)

WONOSOBO, suaramerdeka.com – Aktifitas perbatuan, khususnya batu mulia maupun akik di Wonosobo,saat ini “menggeliat”. Peminat batu akik di daerah pegunungan ini semakin tumbuh. Tidak hanya didominasi oleh orang tua dan dewasa saja, tetapi juga pemuda dan bahkan pelajar dan kaum perempuan.

Perkembangan seni perbatuan itu merupakan kesempatan yang tak disia-siakan oleh perajin akik. Geliat perajin batu akik pun semakin menggembirakan. Tiap hari puluhan penggemar batu aji, berjubel di tempat produksi. Mereka dengan setia mengantre sekalgus berbagi ceritera dan pengalaman dengan sesama pecinta akik.

Sebagaimana dengan lokasi perajin Klawing Permata Indah, di Kampung Sumberan Barat Wonosobo, sejak pagi sampai  petang bahkan  alam, puluhan pelanggan silih berganti, memesan akik. Untuk bisa memenuhi pesanan dan tidak mengecewakan pelanggan yang antre, maka produksi di tempat itu memanfaatkan peralatan mesin.

Pengelola Klawing Permata Indah, Toni (36 tahun) yang ditemui Suara Merdeka, kemarin, mengaku saat ini seni perbatuan di Wonosobo berkembang pesat. Tak hanya penggemar yang bertambah dan merambah berbagai kalangan, tetapi juga teknik produksi yang terus berkembang, menyesuaikan keadaan.

Beberapa tahun lalu, pembuatan akik dilakukan secara manual, sehingga cukup memakan waktu. Kini dengan memanfaatkan teknologi  sederhana, yaitu menggunakan mesin gerinda, mesin potong maupun mesin amplas, produksi mampu diselesaikan secara cepat. Hal tu membuat pelanggan senang, karena tak harus menunggu sampai berhari-hari bahkan lebih dari seminggu.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, Toni berusaha menambah tenaga kerja. Dalam kaitan ini sejumlah kerabat, meliputi kakak, adik, kemenakan dan bahkan istri serta tetangga pun, dilatih memproduksi akik. Dengan penambahan tenaga perajin, diharapkan mampu melayani pelanggan secara cepat. Kendati telah melatih enam tenaga perajin, namun karena jumlah pesanan yang semakin banyak, maka tak semua permintaan pelanggan bisa terselesaikan.

Sebagai perajin, Toni dan kelompoknya menyediakan aneka bahan baku. Meliputi bebatuan dari Kalimantan, Aceh, Kali Luk Ulo, batuan Banjarnegara maupun Purbalingga. Akhir-akhir ini banyak pelanggan yang berburu batuan asal Klawing Purbalingga, khususnya jenis “nagasui”. Batu jenis nagasui dan lainnya yang berasal dari Sungai Klawing, saat ini mencapai “rating” tinggi. Pecinta batu di tanah air maupun mancanegara, banyak yang berburu batuan Klawing.

Kakek Slamet (65), perajin batu yang tinggal di Kampung Tosari, merupakan pembuat akik khas Klawing Purbalingga. Dia sudah  lebih dari 30 tahun bergelut dengan batuan Klawing. Dia menyebut, memperoleh bahan baku dari berbagai sungai di Pirbalingga. Dua anak lelakinya, kini juga bergelut dengan dunia perbatuan dan mewarisi keahlian orang tuanya yang asli Purbalingga.

Keterangan lain menyebutkan, sejumlah perajin batu yang cukup profesional asal Wonosobo, kini direkrut oleh perusahaan di kota lain untuk mengembangkan usaha tersebut. Selain itu juga ada yang merintis usaha produksi batu akik di beberapa kota di Jateng. (Sudarman/CN39)

Sumber http://berita.suaramerdeka.com/peminat-batu-akik-di-wonosobo-menggeliat/

Sabtu, 04 Oktober 2014

Demam Batu Akik Melanda Kebumen

4 Oktober 2014 1:14 WIB Category: Suara Kedu


foto: suaramerdeka

KEBUMEN, suaramerdeka.com - Beberapa bulan terakhir, demam batu mulia, batuan bercorak atau akik hingga batuan alam polesan makin melanda berbagai kalangan di Kebumen. Mulai dari pejabat, pegawai negeri, polisi, TNI, jaksa, petani, karyawan pabrik, guru hingga pengusaha bangga memakai akik di jari manisnya.

Fenomena ini cukup menarik mengingat di era 80-an hingga 90-an, batu akik di Kebumen identik dengan perhiasan murah yang dijual di emperan toko. Batu akik banyak dipakai kaum marjinal yang tidak sanggup  membeli emas namun ingin tetap bergaya. Pemakai akik bahkan diidentikkan sebagai dukun karena mengangap batu akik bertuah dan punya daya magis. Meski masih ada yang berbau klenik, saat ini terjadi pergeseran karena sebagian penggemar mulai melihat sebagai estetika.

Ya, semakin banyak penggemar akik berdampak bergairahnya pasar, sehingga permintaan batu  utamanya batuan khas Kebumen atau Luk Ulo cukup tinggi. Dampaknya, sejumlah workshop maupun perajin batu akik selalu dipadati pengunjung. Sebut saja Dasa Stone di Jalan Kolonel Sugiyono, Badar Besi di Jalan Pasar Rabuk dan di Bammas Stone di Jalan Es Bening Kelurahan Panjer. Konsumen tidak hanya dari masyarakat lokal tetapi banyak berasal dari luar Kebumen.

“Memang minat masyarakat terhadap batu akik mulai meningkat, tidak hanya orang tua tetapi di kalangan anak muda,” ujar Dasa Warsono (50) pemilik Dasa Stone, Jumat (3/10).

Demam batu juga terjadi di Gombong. Paling tidak terdapat lima workshop yang mengolah batuan dari bongkahan besar sampai menjadi cincin di kota tersebut. Salah satunya workshop Bursa Batu milik Miming (42) di Jalan Pemuda 6 Kelurahan Wonokriyo, Gombong. Dalam mengelola usahanya, Miming bekerjasama dengan Agus (52), veteran perajin akik yang sudah malang melintang di dunia per-akik-an sejak 1972.

“Kami baru buka sekitar empat bulan. Sudah lumayan ramai, kalau di rata-rata bisa menghasilkan 20-an batu yang bisa dijadikan cincin. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 1,5 juta,” ungkap Miming mengaku omzet Bursa Batu miliknya mencapai Rp 20 juta/bulan.

Soal harga juga tidak dipermasalahkan oleh Giyono (42), kolektor akik yang mengaku telah menghabiskan Rp 50 juta untuk mengoleksi akik. Kepala Desa Kedungjati Sempor ini pun mengungkapkan, dia mengkoleksi ratusan cincin  akik serta bongkahan batu yang dipoles sebagai aksesoris penghias rumahnya.

Baginya, selain sebagai kesenangan, mengkoleksi akik juga sebagai wujud kebanggaan sebagai warga Kebumen yang dianugerahi Tuhan kekayaan alam terutama batuan yang indah. Giyono juga bercita-cita agar bisnis batu akik di Kebumen bisa lebih maju dari daerah lain.

“Dari segi bisnis batu akik Kebumen masih kalah dengan daerah lain meskipun memiliki kualitas yang lebih baik,” katanya mengakui secara marketing Kebumen masih kalah. (Supriyanto/CN34)
 
 http://berita.suaramerdeka.com/demam-batu-akik-melanda-kebumen/