Perkembangan seni perbatuan itu merupakan kesempatan yang tak disia-siakan oleh perajin akik. Geliat perajin batu akik pun semakin menggembirakan. Tiap hari puluhan penggemar batu aji, berjubel di tempat produksi. Mereka dengan setia mengantre sekalgus berbagi ceritera dan pengalaman dengan sesama pecinta akik.
Sebagaimana dengan lokasi perajin Klawing Permata Indah, di Kampung Sumberan Barat Wonosobo, sejak pagi sampai petang bahkan alam, puluhan pelanggan silih berganti, memesan akik. Untuk bisa memenuhi pesanan dan tidak mengecewakan pelanggan yang antre, maka produksi di tempat itu memanfaatkan peralatan mesin.
Pengelola Klawing Permata Indah, Toni (36 tahun) yang ditemui Suara Merdeka, kemarin, mengaku saat ini seni perbatuan di Wonosobo berkembang pesat. Tak hanya penggemar yang bertambah dan merambah berbagai kalangan, tetapi juga teknik produksi yang terus berkembang, menyesuaikan keadaan.
Beberapa tahun lalu, pembuatan akik dilakukan secara manual, sehingga cukup memakan waktu. Kini dengan memanfaatkan teknologi sederhana, yaitu menggunakan mesin gerinda, mesin potong maupun mesin amplas, produksi mampu diselesaikan secara cepat. Hal tu membuat pelanggan senang, karena tak harus menunggu sampai berhari-hari bahkan lebih dari seminggu.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, Toni berusaha menambah tenaga kerja. Dalam kaitan ini sejumlah kerabat, meliputi kakak, adik, kemenakan dan bahkan istri serta tetangga pun, dilatih memproduksi akik. Dengan penambahan tenaga perajin, diharapkan mampu melayani pelanggan secara cepat. Kendati telah melatih enam tenaga perajin, namun karena jumlah pesanan yang semakin banyak, maka tak semua permintaan pelanggan bisa terselesaikan.
Sebagai perajin, Toni dan kelompoknya menyediakan aneka bahan baku. Meliputi bebatuan dari Kalimantan, Aceh, Kali Luk Ulo, batuan Banjarnegara maupun Purbalingga. Akhir-akhir ini banyak pelanggan yang berburu batuan asal Klawing Purbalingga, khususnya jenis “nagasui”. Batu jenis nagasui dan lainnya yang berasal dari Sungai Klawing, saat ini mencapai “rating” tinggi. Pecinta batu di tanah air maupun mancanegara, banyak yang berburu batuan Klawing.
Kakek Slamet (65), perajin batu yang tinggal di Kampung Tosari, merupakan pembuat akik khas Klawing Purbalingga. Dia sudah lebih dari 30 tahun bergelut dengan batuan Klawing. Dia menyebut, memperoleh bahan baku dari berbagai sungai di Pirbalingga. Dua anak lelakinya, kini juga bergelut dengan dunia perbatuan dan mewarisi keahlian orang tuanya yang asli Purbalingga.
Keterangan lain menyebutkan, sejumlah perajin batu yang cukup profesional asal Wonosobo, kini direkrut oleh perusahaan di kota lain untuk mengembangkan usaha tersebut. Selain itu juga ada yang merintis usaha produksi batu akik di beberapa kota di Jateng. (Sudarman/CN39)
Sumber http://berita.suaramerdeka.com/peminat-batu-akik-di-wonosobo-menggeliat/
0 komentar:
Posting Komentar