Rabu, 24 Juni 2015

Fenomena Tren Batu Akik di Indonesia

Rabu, 24 Juni 2015

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa kita masyarakat Indonesia sedang dilanda demam terhadap batu akik. Banyak dari kita membicarakan salah satu perhiasan tersebut. Bahkan sampai ada yang saling memamerkan keunikan dan keelokan batu akik yang dikenakanya. Fenomena batu akik tersebut, membuat penjual sekaligus pengasah batu akik bermunculuan di pinggiran jalan. Dan faktanya, hal tersebut dapat membantu perekonomian masyarakat Indonesia. Dari yang muda hingga yang tua bahkan sampai ke berbagai macam media, tak henti-hentinya membicarakan batu akik.
Tapi apakah fenomena batu akik merukapan tren baru bagi negara kita Indonesia?  
Batu akik merukapan sebuah mineral atau bebatuan yang terbentuk secara alami dari prosedur geologi yang memiliki unsur berupa satu atau beberapa komponen kimiawi yang memiliki harga jual tinggi. Batu akik terbentuk berdasarkan proses kristalisasi dalam kurun waktu sangat lama, yang kemudian kristal tersebut perlahan-lahan menjadi sebuah batu unik yang kita kenal dengan batu akik. Ternyata, Batu Akik yang kita jadikan perhiasan telah digunakan oleh nenek moyang atau bahkan manusia purba pada zaman logam masih ada, kurang lebih sekitar tahun 2000-3000 SM. 

Dalam hal ini, Marwati Djoened Poesponogeoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia Vol I, berpendapat bahwa manusia purba membuat manik-manik atau perhiasan kalung dari berbagai macam bahan dengan bentuk dan warna yang beragam diantaranya adalah batu akik (komalin), kaca, dan tanah liat yang dibakar. Sedangkan dalam salah satu kliping yang terkenal pada terbit pada tahun 19644, "Mingguan Djaja" mencatat bahwa batu akik dan batu-batu lain yang dianggap menarik memiliki peran penting dalam dunia ghaib dan kehidupan rohaniah manusia pada zaman dahulu. “Batu setengah mulia yang diasah sebagai manik sering dijumpai sebagai bekal kubur bagi manusia nirleka itu.” (red. historia.id) Di masa kejayaan Hindu-Budha, batu akik telah menjadi salah satu benda yang dikuburkan dalam candi. Menurut arkeolog R. Soekmono, yang dikuburkan dalam candi tersebut bukanlah mayat atau pun jenazah, tetapi berbagai macam benda seperti potongan logam dan batu akik yang disertai dengan saji-sajian. 

Kerajaan Nusantara menjadikan batu akik sebagai salah satu alat perdagangan. Barang-barang yang diekspor kerajaan Aceh antara lain adalah perhiasan bebatuan seperi batu mulia, akik, ambar, dan hablur. Batu Akik bukanlah trend baru untuk Indonesia, karena sejak tahun 1930-an batu akik telah menjadi perhiasan yang lazim bagi masyarakat Nusantara. Hal ini dikuatkan oleh sebuah naskah Jawa yang berjudul Kawruh Makelar Barang Kina, karya P. yang berisi berbagai macam kisah tentang benda-benda yang umum untuk diperjualbelikan pada tahun 1030 di daerah Kedu Jawa Tengah. 
“Benda-benda seperti dhuwung atau keris, batu akik, dan kulit binatang yang dipercaya mengandung kekuatan magis, sangat digemari dan diburu oleh para peminat,” tulis T. E. Behrend dalam Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3-A. 
"Para pedagang atau makelar sebagai orang yang menawarkan barang-barang tersebut, berupaya mendapatkannya dari masyarakat, untuk kemudian dijualnya kembali dengan harga yang sangat tinggi.” 
Jadi kesimpulanya adalah, Batu Akik yang kini menjadi trending topik untuk Indonesia bukanlah hal baru di Nusantara. Naiknya trend batu akik secara drastis nyaris senasib dengan tanaman gelombang cinta yang dulu pernah menjadi trend dan memiliki nilai jual yang tinggi. Akan tetapi, dilihat dari asal-usul batu akik tersebut, sepertinya sangat sukar untuk menghilangkan fenomena batu akik di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan fenomena batu akik akan lenyap, tapi apa daya banyak masyarakat Indonesia yang mendapatkan keuntungan besar dari memanfaatkan fenomena batu akik tersebut. Dan kita tunggu saja di hari-hari kemudian, apa lagi yang menjadi trend yang dapat dimanfaatkan untuk mencari keuntungan besar. [.]

0 komentar:

Posting Komentar