Oleh: Sarno Harjato | 9 September 2014
1. Pengertia Batumulia
Sebelum
pembahasan kita lanjutkan, lebih dahulu kita ketahui definisi batumulia.
Batumulia adalah batuan atau mineral yang dimuliakan, artinya dinilai dan dihargailebih
dari biasanya. Batumulia juga disebut batuaji, yang mengandung 2 pengertian.
Pengertian batuaji yang pertama adalah batu yang pengaji atau berharga, jadi
sama dengan pengertian batumulia. Pengertian batuaji yang kedua adalah batu
yang dapat dijadikan aji-aji atau jimat, dan pengertian ini lebih banyak
berhubungan dengan suatu kepercayaan. Batumulia dibedakan menjadi 4; yaitu
batupermata, batuhias, batuukir serta batuan dan mineral langka [termasuk
suiseki]
Batupermata
adalah batuan atau mineral yang dapat dijadikan permata atau perhiasan
[jewelry], baik sebagai mata cincin, giwang, subang, anting, gelang dan
liontin. Batupermata dibagi menjadi 2, yaitu batupermata mulia dan batu
setengah permata. Batupermata mulia, misalnya intan, rubi, safir, jamrud, dan
akuamarin. Namun pengertian ini sekarang sudah agak mengabur karena beberapa
batu setengah permata telah dimasukkan ke dalam kelompok ini, misalnya opal,
topaz, turmalin dan sitrin. Batu setengah permata adalah batuan dan mineral
yang juga dijadikan permata atau perhiasan seperti pada batupermata. Pada
mulanya perbedaan keduanya hanya terletak pada nilai [harga], kelangkaan dan
kekerasan. Batu setengah permata ini banyak sekali jenisnya, misalnya
bermacam-macam kuarsa, baik dalam bentuk kristal, maupun amorf, jade,
batubulan, mata kucing, dan sebagainya.
Batuhias adalah
semua jenis batuan atau mineral [jarang] yang dapat digunakan sebagai hiasan,
baik hiasan dinding maupun iasan ditaruh lemari, bufet dan meja. Batuhias ini
misalnya oniks, berbagai jenis batuan beku, sedimen dan metamorf, jasper dan
lain-lain. Batuukir adalah jenis batuan dan mineral [jarang] yang dapat diukir
sebagai patung, cameo, ukiran dan sebagainya. Bahkan kini berkembang batu
gambar yang biasanya dihasilkan dari batu setengah permata, terutama jenis
kuarsa amorf atau kriptokristalin, yang mengandung pola-pola tertentu.
Pola-pola ini disebabkan adanya perbedaan warna, penyusupan mineral atau batuan
lain, retakan yang terisi mineral tertentu dan sebagainya. Kalau batu gambar
yang dibuat kecil dapat dimasukkan sebagai batupermata [hiasan badan], tapi
jika besar dimasukkan sebagai batuhias [hiasan meja, lemari, bufet]
2. Keterjadian Batumulia
Sebagaimana
diketahui batumulia sebenarnya terdiri dari mineral dan batuan, jadi
keterjadiannya juga bersamaan dengan pembentukan mineral dan batuan. Apabila
batumulia tersebut dalam bentuk mineral, mungkin terbentuk sebagai mineral
primer, tapi juga sebagai mineral sekunder. Batumulia sebagai mineral sudah
disinggung dalam pembicaraan tentang pembentukan batuan beku, bahwa dalam
batuan beku dalam sering dijumpai mineral-mineral yang berukuran besar. Misal
spondumen yang berukuran sampai puluhan meter, kristal kuarsa dari ukuran
beberapa cm sampai puluhan bahkan ratusan cm dan sebagainya. Tidak semua
mineral dalam betuk kristal dapat dijadikan sebagai batupermata, melainkan
hanya sebagai batuhias atau batuukir.
Mungkin dalam
sebuah kristal hanya sebagian kecil saja yang bermutu permata. Misalnya batuan
granit yang mengandung minral beril, tidak semua mineral beril bermutu permata.
Hanya sebagian kecil saja dari mineral beril yang berwarna hijau dan bermutu
permata jamrud [emerald]. Sebagian besar lainnya umumnya berwarna putih kotor
dan ditambang untuk diproses dan diambil unsur beriliumnya saja.
a. Batu Mulia Dalam Batuan
Beku
Semua batuan
primer yang berbentuk kristal dan terbentuk pada waktu pembentukan batuan beku,
terutama yang berbentuk fenokrist sebenarnya termasuk batumulia, dalam hal ini
batupermata. Apakah mineral tersebut bermutu batupermata mulia atau hanya
setengah batupermata, tergantung jenis mineral, kekerasan, kelangkaan dan
warnanya. Beberapa mineral utama yang terbentuk pada waktu pembentukan batuan
beku [beku dalam dan beku luar], antara lain kuarsa, felspar [ortoklas,
mikroklin, sanidine, anortoklas, albit, oligoklas, andesin, labradorit,
bitownit, anortit], felspatoid [nefelin, leucit, sodalit, kankrinit], olivin,
piroksin [augite, diopsit, hiperstin, aegirin], amfibol [hornblende, ribekit],
dan mika [biotit, muskovit]. Sementara mineral aksesor terdiri dari magnetite,
ilmenit, pirit, pirhotit, apatit, korundum, sfene, sirkon, fluorit, kronit,
zeolit dan turmalin. Mineral yang terdapat sebagai fenokrist, misalnya sanidin
pada batuan trakhit; ortoklas pada batuan granit; ortoklas dan quarts pada
batuan riolit; nefelin, leusit dan aegirin dalam batuan fonolit; olivin, augit
dan plagioklas pada batuan basalt, dan plagioklas, hiperstein dan hornblende
pada batuan andesit.
Diantara
mineral-mineral dalam batuan beku, maka mineral dalam batuan pegmatit biasanya
berukuran lebih besar. Tekstur pegmatitik ini tidak hanya terjadi pada batuan
granit, tapi juga pada batuan gabro, nefilin seinit dan lain-lain. Pegmatit
sebenarnya terbentuk pada fase terakhir pembentukan granit atau nefelin seinit.
Sisa larutan magma yang kaya air, klorin, boron dan substansi lain, membeku
atau mengkristal perlahan, sehingga mineral yang terbentuk berukuran besar,
bahkan sering berupa urat di dalam batuan induknya atau batuan samping.
Kadang-kadang pegmatit ini terbentuk seperti dike dengan ukuran kristal
[mineral] yang sangat besar. Dalam pegmatit sering dijumpai mineral kuarsa
dengan ukuran kristal bergaris tengah 2,5 meter dan panjang 5,5 meter, ortoklas
berdiameter 10 meter dan panjang 10 meter dengan berat sampai 100 ton, kristal
beril dengan ukuran panjang 6 meter dengan berat 200 ton, turmalin berukuran
panjang 3 meter, mika dengan luas permukaan sampai 7 meter persegi dan
sebagainya. Jadi pegamit ini sebenarnya sangat menarik bagi kolektor mineral
dan pemburu batumulia, karena ada bagian dari mineral-mineral tersebut yang
bermutu permata.
Dalam pegmatit
granit ini banyak dijumpai batumulia seperti mineral beril [jamrud, akuamarin
dan lainnya], krisoberil, kolumbit-tantalit, apatit, analit, monasit, xenotim,
fergusonit, euksenit, thalenit, gadolinit, uraninit, turmalin, spendumen,
petalit, ambligonit, lepidolit, topas, danburit, mikrolit dan polusit. Sementara
dalam pegmatite seinit dijumpai mineral aegrin, eudialit, natrolit, analsim,
khabasit, gibbsite, arfedsonit dan garnet melanit
Setelah
pembentukan pegmatit ini biasanya masih ada sisa cairan panas yang membawa
fraksi sisa. Cairan ini lebih condong ke air panas daripada magma, tapi sering
masih berkomposisi granit hingga diorit. Cairan ini akan masuk, mengubah dan
membentuk mineral-mineral pada batuan samping, yang disebut mineral
hidrotermal. Berdasarkan temperatur saat terjadinya mineral-mineral tersebut,
maka dibedakan menjadi hipotermal [300 derajat – 500 derajat C], mesotermal
[200 derajat 300 derajat C], dan epitermal [50 derajat – 200 derajat C].
Endapan atau mineral yang terbentuk pada daerah hipotermal, misalnya emas, emas
tellurid, magnetit, ilmenit, kasiterit, shelit, wolframit, molibdenum, garnet,
mika, apatite, turmalin, topas dan lain-lain; dengan mineral gang adalah
kuarsa. Di daerah mesotermal diendapkan cebakan atau mineral emas, galena,
kalkopirit, pirit, sfalerit, bornit, arsenopirit, enargit, tetrahedrit dengan
mineral gang terdiri dari mineral kuarsa, kalsit, siderit, dolomit dan barit.
Sedangkan di daerah epitermal diendapkan mineral-mineral pirit, markasit,
sinabar, stibnit, emas, perak, ...girit dan proustit dengan mineral gang adalah
kuarsa yang kadang-kadang berbentuk kalsedon dan opal, fluorit, adularia dan
barit.
Di permukaan dan
di bawah permukaan, batuan dapat terpengaruh oleh proses pelapukan atau
perubahan, baik perubahan fisik mau pun kimiawi. Batuan tersebut dan mineral di
dalamnya akan hancur dan terbentuklah mineral dan batuan baru. Mineral dan
endapan hidrotermal sebenarnya sangat rentan terhadap perubahan karena umumnya
berisi mineral sulfida yang cukup tinggi, terutama karena tidak stabil dalam
kondisi dekat permukaan. Penyebab perubahan kimiawi ini adalah air, karbon
dioksida yang terlarut di dalam air hidrotermaltersebut, sehingga terbentuk
pelarut yang sangat kuat, dan oksigen yang menyebabkan oksidasi. Di daerah ini
akan ditemukan mineral-mineral berkomposisi karbonat, silikat, sulfat dan
oksida, seperti tembaga, seng, kobalt, antimoni, molibdenum, bismuth. Iodit,
perak bromid, makhit, azurit, cuprit, kroisokola, khalkantit, smithsonit,
serusit, hemimorfit, anglesit, wulfenit dan embolit.
Endapan fumarola
yang biasanya berhubungan dengan aktivitas gunungapi, yaitu keluarnya gas dari
celah-celah atau lubang-lubang. Gas tersebut asalnya dari magma tetapi telah
terlepaskan dan keluar menuju permukaan melalui lubang-lubang atau celah-celah
batuan. Berbagai mineral yang terbentuk karena gas fumarola ini, terutama
belerang dan mineral lain berupa ikatan sulfida, klorida, flourida, sulfat,
tellurida, arsenida dan juga hematit, magmenit, realgar, pirit, molibdenit dan
kovelit. Biasnya mineral yang terbentuk akibat kegiatan gunungapi ini sangat
menarik para kolektor, terutama amigdal dan geoda. Kuarsa, kalsedon, kalsit dan
mineral lain juga terdapat dalam amigdal ini. Salah satu bentuk amigdal adalah
geoda yang terisi oleh agate berlapis halus. Agat ini biasanya memenuhi geoda
atau bagian tengah terisi kristal-kristal kuarsa beraneka warna, tapi umumnya
berwarna bening atau ungu [ametist]. Ada juga endapan mata air panas, misalnya
geyserit atau silika opal, kalsit berlapis dan lain-lain. Bentuk-bentuk endapan
mata air panas ini juga sangat menarik kolektor mineral unik.
b. Batumulia Dalam Batuan
Metamorf
Sebagaimana telah
disinggung sebelumnya, proses metamorfosa ini terjadi di bawah permukaan.
Batuan beku dan batuan sedimen yang terkena proses metamorfosa ini baik struktur
dan tekstur maupun mineralnya akan berubah secara menyeluruh dan berdeda dengan
keadaan semula. Perubahan ini disebabkan oleh panas dan tekanan, tapi sering
juga karena adanya penambahan unsur-unsur kimia lain. Banyak mineral dalam
batuan beku dan batuan sedimen yang berubah bentuk menjadi lebih kecil dan
tidak beraturan, tapi ada pula yang justru berubah menjadi lebih baik bentuk
dan ukuran krista serta warnanya. Seperti pada batuan granit pegmatit atau
granit porfiri, dalam batuan metamorf ini juga terdapat pemandangan seperti
itu. Artinya, dalam batuan metamorf juga ada mineral besar yang disebut
porfiroblast, sinonim arti fenokrist dalam batuan beku.
Dalam metamorfosa
kontak, maka daerah yang mengalami perubahan terbatas hanya sekitar tubuh
intrusi. Pengaruh panas yag sangat tinggi dan tekanan rendah karena dekat tubuh
intrusi yang bertemperatur 700 derajat - 1.200 derajat C masih dapat merubah
batuan sekitar sampai beberapa kilometer untuk tubuh intrusi yang besar
[batolit] atau hanya beberapa cm untuk tubuh intrusi yang kecil [dike atau
korok]. Daerah yang mengalami metamorfoa ini mempunyai derajat metamorfosa
makin keluar makin lemah , sehingga metamorfosa kontak inidibagi menjadi
metamorfosa kontak derajat tinggi, derajat menengah dan derajat rendah. Berbeda
dengan metamorfosa kontak, pada metamorfosa regional daerah yang terpengaruh
sangat luas. Biasanya mineral yang berubah juga tergantung dari jenis batuan
asal dan mineral penyusunnya.
Mineral yang
terbentuk karena proses metamorfosa juga cukup banyak dan menarik, biasanya tak
jauh berbeda dengan mineral-mineral yang terbentuk dalam batuan beku. Apabila
dalam batuan beku dikenal mineral besar yang disebut fenokrist, maka dalam
batuan metamorf mineral tersebut dikenal sebagai porfiroblast. Contoh mineral
porfiroblast dalam batuan metamorf anatara lain garnet, staurolit, andalusit,
kianit dan epidot. Mineral garnet yang dijumpai pada batuan metamorf biasanya
jenis alamandin. Mineral lain juga terdapat misalnya epidot, sfene, garnet
grosular, zoisit, idokras, diopsit, jadeit, andalusit, aktinolit dan anrtit.
Seperti pada garnit pegmatite atau seinit pegmatit, maka mineral dalam batuan
metamorf ini juga berukuran besar sehingga mudah diidentifikasi. Mineral
porfiroblast ini biasanya sangat menarik bagi pemburu batumulia atau sekedar
untuk koleksi.
c. Batumulia Dalam Batuan
Sedimen
Dalam batuan
sedimen, mineral-mineral yang termasuk batumulia biasanya mineral yang berasal
dari batuan yang telah ada, baik batuan beku dan batuan sedimen tua, maupun
batuan metamorf. Biasanya batuan sedimen mengandung mineral batumulia lebih
sedikit atau sangat jarang dibandingkan dengan batuan beku dan batuan metamorf.
Ada atau tidaknya batumulia di dalam batuan sedimen tergantung dari jenis
batuan awal. Memang ada kalanya dalam batuan sedimen berbutir kasar, seperti
konglomerat dan breksi sering ditemukan batumulia diantara komponen kedua jenis
batuan tersebut.
Apabila batuan
sedimen tersebut kemudian mengalami proses alterasi atau proses diagenesis,
maka ada kemungkinan ditemukannya batumulia tapi sebagai mineral sekunder
misalnya sejenis kuarsa amorf seperti opal, agate, kalsedon dan sejenisnya.
Mineral sekunder ini terbentuk di dalam rongga-rongga, celah-celah atau
lubang-lubang batuan sedimen, baik di dalam komponennya itu sendiri maupun di
dalam semennya. Batumulia sejenis kuarsa ini biasanya terbentuk karena proses
pelapukan, alterasi atau diagenesis. Tidak semua batuan sedimen dapat
menghasilkan batumulia karena proses diagenesis. Biasanya terbatas pada batuan
sedimen berbutir halus sampai kasar yang berkomposisi basalt atau batuan
sedimen piroklastik berbutir halus dan berkomposisi riloitik. Hal ini dapat
dijelaskan, bahwa unsur silika yang terlepas karena proses pelapukan atau
alterasi berasal dari mineral non-silika. Unsur-unsur ini kemudian membentuk
agar-agar silika dan mengisi celah atau rongga dalam batuan induk secara
gradasi. Ini dapat terlihat dari keterdapatan agate, kalsedon, jasper, opal
atau sejenisnya di dalam batuan breksi, atau opal mulia di dalam batuan lempung
yang bersifat riolitik.
Baik batuan
sedimen itu sendiri, maupun batuan beku dan batuan metamorf, apabila terkena
proses penghancuran, pelapukan dan pengangkutan, akan membentuk endapan yang
disebut endapan aluvial atau palser. Biasanya mineral-mieral batuan asal
terkonsentrasi atau terpilahkan berdasarkan jenisnya. Proses ini sebenarnya
sama dengan proses pembentukan sedimen, namun endapan aluvial atau endapan
plaser ini masih belum termampatkan atau belum terkonsolidasi. Endapan aluvial
atau endapan plaser ini merupakan lokasi berbagai jenis batumulia yang dapat
diperoleh dengan cara mendulang. Batumulia dalam endapan aluvial ini antara
lain intan, rubi, safir, topas, garnet, sirkon, tantalit, kolumbit, andalusit,
monasit, rutil, magnetit, ilmenit, kasiterit, berbagai jenis kuarsa dan mineral
platina, emas, tembaga dan sebagainya.
Dengan mengetahui
geologi batumulia ini akan memudahkan kita mencari batumulia yang diinginkan.
Sebagai contoh mencari intan, kemana kita harus mencari intan primer yang
terkandung dalam batuan yang dikenal sebagai batuan kimberlit. Bila akan mencari
intan plaser, kemana kita harus mencari sumbernya. Misalnya kita membaca peta
geologimenemukan batugamping terintrusi oleh batuan granit, maka kita harus
memusatkan pencarian di daerah kontaknya.
Demikian uraian
geologi batumulia dan korelasinya dengan batumulia dan berbagai batuan di muka
bumi ini. Bahwa harga batumulia memang ditentukan oleh keadaan fisiknya, namun
nilai batumulia tergantung pada animo dan selera peminatnya. Pengrajin
batumulia adalah pejuang yang akan mengangkat derajat batumulia Indonesia di
mata dunia. [sh]
***