This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 09 September 2014

Geologi Batumulia


Oleh: Sarno Harjato | 9 September 2014

1.   Pengertia Batumulia

 

Sebelum pembahasan kita lanjutkan, lebih dahulu kita ketahui definisi batumulia. Batumulia adalah batuan atau mineral yang dimuliakan, artinya dinilai dan dihargailebih dari biasanya. Batumulia juga disebut batuaji, yang mengandung 2 pengertian. Pengertian batuaji yang pertama adalah batu yang pengaji atau berharga, jadi sama dengan pengertian batumulia. Pengertian batuaji yang kedua adalah batu yang dapat dijadikan aji-aji atau jimat, dan pengertian ini lebih banyak berhubungan dengan suatu kepercayaan. Batumulia dibedakan menjadi 4; yaitu batupermata, batuhias, batuukir serta batuan dan mineral langka [termasuk suiseki]

Batupermata adalah batuan atau mineral yang dapat dijadikan permata atau perhiasan [jewelry], baik sebagai mata cincin, giwang, subang, anting, gelang dan liontin. Batupermata dibagi menjadi 2, yaitu batupermata mulia dan batu setengah permata. Batupermata mulia, misalnya intan, rubi, safir, jamrud, dan akuamarin. Namun pengertian ini sekarang sudah agak mengabur karena beberapa batu setengah permata telah dimasukkan ke dalam kelompok ini, misalnya opal, topaz, turmalin dan sitrin. Batu setengah permata adalah batuan dan mineral yang juga dijadikan permata atau perhiasan seperti pada batupermata. Pada mulanya perbedaan keduanya hanya terletak pada nilai [harga], kelangkaan dan kekerasan. Batu setengah permata ini banyak sekali jenisnya, misalnya bermacam-macam kuarsa, baik dalam bentuk kristal, maupun amorf, jade, batubulan, mata kucing, dan sebagainya.

Batuhias adalah semua jenis batuan atau mineral [jarang] yang dapat digunakan sebagai hiasan, baik hiasan dinding maupun iasan ditaruh lemari, bufet dan meja. Batuhias ini misalnya oniks, berbagai jenis batuan beku, sedimen dan metamorf, jasper dan lain-lain. Batuukir adalah jenis batuan dan mineral [jarang] yang dapat diukir sebagai patung, cameo, ukiran dan sebagainya. Bahkan kini berkembang batu gambar yang biasanya dihasilkan dari batu setengah permata, terutama jenis kuarsa amorf atau kriptokristalin, yang mengandung pola-pola tertentu. Pola-pola ini disebabkan adanya perbedaan warna, penyusupan mineral atau batuan lain, retakan yang terisi mineral tertentu dan sebagainya. Kalau batu gambar yang dibuat kecil dapat dimasukkan sebagai batupermata [hiasan badan], tapi jika besar dimasukkan sebagai batuhias [hiasan meja, lemari, bufet]

2.   Keterjadian Batumulia



Sebagaimana diketahui batumulia sebenarnya terdiri dari mineral dan batuan, jadi keterjadiannya juga bersamaan dengan pembentukan mineral dan batuan. Apabila batumulia tersebut dalam bentuk mineral, mungkin terbentuk sebagai mineral primer, tapi juga sebagai mineral sekunder. Batumulia sebagai mineral sudah disinggung dalam pembicaraan tentang pembentukan batuan beku, bahwa dalam batuan beku dalam sering dijumpai mineral-mineral yang berukuran besar. Misal spondumen yang berukuran sampai puluhan meter, kristal kuarsa dari ukuran beberapa cm sampai puluhan bahkan ratusan cm dan sebagainya. Tidak semua mineral dalam betuk kristal dapat dijadikan sebagai batupermata, melainkan hanya sebagai batuhias atau batuukir.

Mungkin dalam sebuah kristal hanya sebagian kecil saja yang bermutu permata. Misalnya batuan granit yang mengandung minral beril, tidak semua mineral beril bermutu permata. Hanya sebagian kecil saja dari mineral beril yang berwarna hijau dan bermutu permata jamrud [emerald]. Sebagian besar lainnya umumnya berwarna putih kotor dan ditambang untuk diproses dan diambil unsur beriliumnya saja. 

a.   Batu Mulia Dalam Batuan Beku

Semua batuan primer yang berbentuk kristal dan terbentuk pada waktu pembentukan batuan beku, terutama yang berbentuk fenokrist sebenarnya termasuk batumulia, dalam hal ini batupermata. Apakah mineral tersebut bermutu batupermata mulia atau hanya setengah batupermata, tergantung jenis mineral, kekerasan, kelangkaan dan warnanya. Beberapa mineral utama yang terbentuk pada waktu pembentukan batuan beku [beku dalam dan beku luar], antara lain kuarsa, felspar [ortoklas, mikroklin, sanidine, anortoklas, albit, oligoklas, andesin, labradorit, bitownit, anortit], felspatoid [nefelin, leucit, sodalit, kankrinit], olivin, piroksin [augite, diopsit, hiperstin, aegirin], amfibol [hornblende, ribekit], dan mika [biotit, muskovit]. Sementara mineral aksesor terdiri dari magnetite, ilmenit, pirit, pirhotit, apatit, korundum, sfene, sirkon, fluorit, kronit, zeolit dan turmalin. Mineral yang terdapat sebagai fenokrist, misalnya sanidin pada batuan trakhit; ortoklas pada batuan granit; ortoklas dan quarts pada batuan riolit; nefelin, leusit dan aegirin dalam batuan fonolit; olivin, augit dan plagioklas pada batuan basalt, dan plagioklas, hiperstein dan hornblende pada batuan andesit. 

Diantara mineral-mineral dalam batuan beku, maka mineral dalam batuan pegmatit biasanya berukuran lebih besar. Tekstur pegmatitik ini tidak hanya terjadi pada batuan granit, tapi juga pada batuan gabro, nefilin seinit dan lain-lain. Pegmatit sebenarnya terbentuk pada fase terakhir pembentukan granit atau nefelin seinit. Sisa larutan magma yang kaya air, klorin, boron dan substansi lain, membeku atau mengkristal perlahan, sehingga mineral yang terbentuk berukuran besar, bahkan sering berupa urat di dalam batuan induknya atau batuan samping. Kadang-kadang pegmatit ini terbentuk seperti dike dengan ukuran kristal [mineral] yang sangat besar. Dalam pegmatit sering dijumpai mineral kuarsa dengan ukuran kristal bergaris tengah 2,5 meter dan panjang 5,5 meter, ortoklas berdiameter 10 meter dan panjang 10 meter dengan berat sampai 100 ton, kristal beril dengan ukuran panjang 6 meter dengan berat 200 ton, turmalin berukuran panjang 3 meter, mika dengan luas permukaan sampai 7 meter persegi dan sebagainya. Jadi pegamit ini sebenarnya sangat menarik bagi kolektor mineral dan pemburu batumulia, karena ada bagian dari mineral-mineral tersebut yang bermutu permata.
Dalam pegmatit granit ini banyak dijumpai batumulia seperti mineral beril [jamrud, akuamarin dan lainnya], krisoberil, kolumbit-tantalit, apatit, analit, monasit, xenotim, fergusonit, euksenit, thalenit, gadolinit, uraninit, turmalin, spendumen, petalit, ambligonit, lepidolit, topas, danburit, mikrolit dan polusit. Sementara dalam pegmatite seinit dijumpai mineral aegrin, eudialit, natrolit, analsim, khabasit, gibbsite, arfedsonit dan garnet melanit 

Setelah pembentukan pegmatit ini biasanya masih ada sisa cairan panas yang membawa fraksi sisa. Cairan ini lebih condong ke air panas daripada magma, tapi sering masih berkomposisi granit hingga diorit. Cairan ini akan masuk, mengubah dan membentuk mineral-mineral pada batuan samping, yang disebut mineral hidrotermal. Berdasarkan temperatur saat terjadinya mineral-mineral tersebut, maka dibedakan menjadi hipotermal [300 derajat – 500 derajat C], mesotermal [200 derajat  300 derajat C], dan epitermal [50 derajat – 200 derajat C]. Endapan atau mineral yang terbentuk pada daerah hipotermal, misalnya emas, emas tellurid, magnetit, ilmenit, kasiterit, shelit, wolframit, molibdenum, garnet, mika, apatite, turmalin, topas dan lain-lain; dengan mineral gang adalah kuarsa. Di daerah mesotermal diendapkan cebakan atau mineral emas, galena, kalkopirit, pirit, sfalerit, bornit, arsenopirit, enargit, tetrahedrit dengan mineral gang terdiri dari mineral kuarsa, kalsit, siderit, dolomit dan barit. Sedangkan di daerah epitermal diendapkan mineral-mineral pirit, markasit, sinabar, stibnit, emas, perak, ...girit dan proustit dengan mineral gang adalah kuarsa yang kadang-kadang berbentuk kalsedon dan opal, fluorit, adularia dan barit. 

Di permukaan dan di bawah permukaan, batuan dapat terpengaruh oleh proses pelapukan atau perubahan, baik perubahan fisik mau pun kimiawi. Batuan tersebut dan mineral di dalamnya akan hancur dan terbentuklah mineral dan batuan baru. Mineral dan endapan hidrotermal sebenarnya sangat rentan terhadap perubahan karena umumnya berisi mineral sulfida yang cukup tinggi, terutama karena tidak stabil dalam kondisi dekat permukaan. Penyebab perubahan kimiawi ini adalah air, karbon dioksida yang terlarut di dalam air hidrotermaltersebut, sehingga terbentuk pelarut yang sangat kuat, dan oksigen yang menyebabkan oksidasi. Di daerah ini akan ditemukan mineral-mineral berkomposisi karbonat, silikat, sulfat dan oksida, seperti tembaga, seng, kobalt, antimoni, molibdenum, bismuth. Iodit, perak bromid, makhit, azurit, cuprit, kroisokola, khalkantit, smithsonit, serusit, hemimorfit, anglesit, wulfenit dan embolit. 

Endapan fumarola yang biasanya berhubungan dengan aktivitas gunungapi, yaitu keluarnya gas dari celah-celah atau lubang-lubang. Gas tersebut asalnya dari magma tetapi telah terlepaskan dan keluar menuju permukaan melalui lubang-lubang atau celah-celah batuan. Berbagai mineral yang terbentuk karena gas fumarola ini, terutama belerang dan mineral lain berupa ikatan sulfida, klorida, flourida, sulfat, tellurida, arsenida dan juga hematit, magmenit, realgar, pirit, molibdenit dan kovelit. Biasnya mineral yang terbentuk akibat kegiatan gunungapi ini sangat menarik para kolektor, terutama amigdal dan geoda. Kuarsa, kalsedon, kalsit dan mineral lain juga terdapat dalam amigdal ini. Salah satu bentuk amigdal adalah geoda yang terisi oleh agate berlapis halus. Agat ini biasanya memenuhi geoda atau bagian tengah terisi kristal-kristal kuarsa beraneka warna, tapi umumnya berwarna bening atau ungu [ametist]. Ada juga endapan mata air panas, misalnya geyserit atau silika opal, kalsit berlapis dan lain-lain. Bentuk-bentuk endapan mata air panas ini juga sangat menarik kolektor mineral unik.

b.   Batumulia Dalam Batuan Metamorf

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, proses metamorfosa ini terjadi di bawah permukaan. Batuan beku dan batuan sedimen yang terkena proses metamorfosa ini baik struktur dan tekstur maupun mineralnya akan berubah secara menyeluruh dan berdeda dengan keadaan semula. Perubahan ini disebabkan oleh panas dan tekanan, tapi sering juga karena adanya penambahan unsur-unsur kimia lain. Banyak mineral dalam batuan beku dan batuan sedimen yang berubah bentuk menjadi lebih kecil dan tidak beraturan, tapi ada pula yang justru berubah menjadi lebih baik bentuk dan ukuran krista serta warnanya. Seperti pada batuan granit pegmatit atau granit porfiri, dalam batuan metamorf ini juga terdapat pemandangan seperti itu. Artinya, dalam batuan metamorf juga ada mineral besar yang disebut porfiroblast, sinonim arti fenokrist dalam batuan beku. 

Dalam metamorfosa kontak, maka daerah yang mengalami perubahan terbatas hanya sekitar tubuh intrusi. Pengaruh panas yag sangat tinggi dan tekanan rendah karena dekat tubuh intrusi yang bertemperatur 700 derajat - 1.200 derajat C masih dapat merubah batuan sekitar sampai beberapa kilometer untuk tubuh intrusi yang besar [batolit] atau hanya beberapa cm untuk tubuh intrusi yang kecil [dike atau korok]. Daerah yang mengalami metamorfoa ini mempunyai derajat metamorfosa makin keluar makin lemah , sehingga metamorfosa kontak inidibagi menjadi metamorfosa kontak derajat tinggi, derajat menengah dan derajat rendah. Berbeda dengan metamorfosa kontak, pada metamorfosa regional daerah yang terpengaruh sangat luas. Biasanya mineral yang berubah juga tergantung dari jenis batuan asal dan mineral penyusunnya. 

Mineral yang terbentuk karena proses metamorfosa juga cukup banyak dan menarik, biasanya tak jauh berbeda dengan mineral-mineral yang terbentuk dalam batuan beku. Apabila dalam batuan beku dikenal mineral besar yang disebut fenokrist, maka dalam batuan metamorf mineral tersebut dikenal sebagai porfiroblast. Contoh mineral porfiroblast dalam batuan metamorf anatara lain garnet, staurolit, andalusit, kianit dan epidot. Mineral garnet yang dijumpai pada batuan metamorf biasanya jenis alamandin. Mineral lain juga terdapat misalnya epidot, sfene, garnet grosular, zoisit, idokras, diopsit, jadeit, andalusit, aktinolit dan anrtit. Seperti pada garnit pegmatite atau seinit pegmatit, maka mineral dalam batuan metamorf ini juga berukuran besar sehingga mudah diidentifikasi. Mineral porfiroblast ini biasanya sangat menarik bagi pemburu batumulia atau sekedar untuk koleksi.

c.   Batumulia Dalam Batuan Sedimen 

Dalam batuan sedimen, mineral-mineral yang termasuk batumulia biasanya mineral yang berasal dari batuan yang telah ada, baik batuan beku dan batuan sedimen tua, maupun batuan metamorf. Biasanya batuan sedimen mengandung mineral batumulia lebih sedikit atau sangat jarang dibandingkan dengan batuan beku dan batuan metamorf. Ada atau tidaknya batumulia di dalam batuan sedimen tergantung dari jenis batuan awal. Memang ada kalanya dalam batuan sedimen berbutir kasar, seperti konglomerat dan breksi sering ditemukan batumulia diantara komponen kedua jenis batuan tersebut.

Apabila batuan sedimen tersebut kemudian mengalami proses alterasi atau proses diagenesis, maka ada kemungkinan ditemukannya batumulia tapi sebagai mineral sekunder misalnya sejenis kuarsa amorf seperti opal, agate, kalsedon dan sejenisnya. Mineral sekunder ini terbentuk di dalam rongga-rongga, celah-celah atau lubang-lubang batuan sedimen, baik di dalam komponennya itu sendiri maupun di dalam semennya. Batumulia sejenis kuarsa ini biasanya terbentuk karena proses pelapukan, alterasi atau diagenesis. Tidak semua batuan sedimen dapat menghasilkan batumulia karena proses diagenesis. Biasanya terbatas pada batuan sedimen berbutir halus sampai kasar yang berkomposisi basalt atau batuan sedimen piroklastik berbutir halus dan berkomposisi riloitik. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa unsur silika yang terlepas karena proses pelapukan atau alterasi berasal dari mineral non-silika. Unsur-unsur ini kemudian membentuk agar-agar silika dan mengisi celah atau rongga dalam batuan induk secara gradasi. Ini dapat terlihat dari keterdapatan agate, kalsedon, jasper, opal atau sejenisnya di dalam batuan breksi, atau opal mulia di dalam batuan lempung yang bersifat riolitik. 

Baik batuan sedimen itu sendiri, maupun batuan beku dan batuan metamorf, apabila terkena proses penghancuran, pelapukan dan pengangkutan, akan membentuk endapan yang disebut endapan aluvial atau palser. Biasanya mineral-mieral batuan asal terkonsentrasi atau terpilahkan berdasarkan jenisnya. Proses ini sebenarnya sama dengan proses pembentukan sedimen, namun endapan aluvial atau endapan plaser ini masih belum termampatkan atau belum terkonsolidasi. Endapan aluvial atau endapan plaser ini merupakan lokasi berbagai jenis batumulia yang dapat diperoleh dengan cara mendulang. Batumulia dalam endapan aluvial ini antara lain intan, rubi, safir, topas, garnet, sirkon, tantalit, kolumbit, andalusit, monasit, rutil, magnetit, ilmenit, kasiterit, berbagai jenis kuarsa dan mineral platina, emas, tembaga dan sebagainya. 

Dengan mengetahui geologi batumulia ini akan memudahkan kita mencari batumulia yang diinginkan. Sebagai contoh mencari intan, kemana kita harus mencari intan primer yang terkandung dalam batuan yang dikenal sebagai batuan kimberlit. Bila akan mencari intan plaser, kemana kita harus mencari sumbernya. Misalnya kita membaca peta geologimenemukan batugamping terintrusi oleh batuan granit, maka kita harus memusatkan pencarian di daerah kontaknya. 

Demikian uraian geologi batumulia dan korelasinya dengan batumulia dan berbagai batuan di muka bumi ini. Bahwa harga batumulia memang ditentukan oleh keadaan fisiknya, namun nilai batumulia tergantung pada animo dan selera peminatnya. Pengrajin batumulia adalah pejuang yang akan mengangkat derajat batumulia Indonesia di mata dunia. [sh]

***

Geologi Dasar [Umum]

Oleh: Sarno Harjato

1.  Susunan Bagian Dalam Bumi



Sebagaimana diketahui, bumi kita ini bulat seperti sebuah bola raksasa dengan diameter sekitar 12.740 Km atau radius sekitar 6.370 Km. Bila bumi kita diibaratkan sebutir telur, maka kuning telur adalah bagian inti bumi, sedang putih telur adalah selubung bumi; sementara cangkang telur adalah kerak bumi. Jadi bumi terbagai menjadi 3 bagian utama, dari luar ke dalam adalah kerak bumi, selubung atau mantel dan inti bumi. Lapisan kerak bumi terbai menjadi 2 bagian, yakni bagian atas yang disebut lapisan sial [silika-aluminina] berkomposisi granit. Dan bagian bawah yang disebut lapisan sima [silika-magnesia] berkomposisi basalt. Tebal kerak bumi terbesar 70 Km dengan rincian bagian atas berkisar 10-12 Km mempunyai densitas [masa jenis] 2,7 dan baian bawah 15-20 Km mempunyai densitas 2,95. Penelitian menunjukkan bahwa tebal di lantai samudera 5 Km, sementara di daratan 64 Km di bawah lapisan pegunungan. 

Di bawah kerak bumi terdapat selubung atau mantel, suatu lapisan dengan densitas 3,4 sampai 4 dan tebal lapisan 2.200 Km atau sampai kedalaman 2.900 Km di bawah permukaan bumi. Selubung atau mantel ini terbagi menjadi 2 lapisan; yakni lapisan atas dan lapisan bawah. Lapisan selubung atas dibatasi oleh lapisan pemisah Mohorovicic dengan lapisan kerak bumi bagian bawah. Sementara lapisa selubung bawah dibatasi oleh lapisan pemisah Gutenburg dengan lapisan di bawahnya [inti bumi]. Lapisan selubung atas mempunyai densitas 3,3 pada lapisan Mohorvicic. Meskipun bersifat padat namun lapisan ini sangat panas [1.300-1.500 C] dan dapat mengalir secara perlahan-lahan.5,7 pada lapisan Gutenburg, lebih padat dan juga lebih panas karena tekanan dari atas serta temperaturnya mencapai 1.500-3.000 C. Lapisan selubung kemungkinan berkomposisi batuan olivin dan sering disebut sel peridotite. Lapisan atas sering disebut lapisan sulfida, sementara lapisan bawah disebut lapisan nife [nikel-ferum]

Lapisan inti atau juga disebut barisfer mempunyai ketebalan 4.470 Km, terdiri dari oksida besi nikel seperti bawah selubung. Lapisan inti ini pun terbagi 2; yaitu lapisan inti luar yang cair dengan ketebalan 2.100 Km dan lapisan inti dalam yang padat dengan ketebalan 1.370 Km. Dugaan bahwa lapisan inti atas cair karena tidak dapat dilewati oleh gelombang sekunder gempabumi. Densitas lapisan inti berkisar dari 9,5 hingga 14,5; atau mungkin lebih tinggi lagi. Sekalipun hingga kini tak seorang pun tahu berapa suhu inti bumi ini, namun diperkirakan lebih tinggi dari 2.700 C dengan tekanan 3,5 x 10 pangkat 6 bar.     

Batuan lapisan selubung dan kerak secara bersama-sama disebut litosfer, sementara kerak bumi ini terdiri atas lempeng-lempeng. Lempeng-lempeng tersebut seolah mengapung di atas selubung dan bergerak yang disebut “continental-drift”. Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan yang lebih lunak disebut astenosfer. Panas yang terdapat di dalam bumi jadi penggerak [tektonik] lempeng-lempeng kerak bumi; sehingga lempeng-lempeng selalu bergerak. Karena yang menggerakkan lempeng-lempeng tersebut adalah gaya tektonik, maka lempeng-lempengnya pun disebut lempeng tektonik. Proses pergerakan tersebut yang menyebabkan pemekaran dasar samudera dan terjadinya pelipatan, patahan atau pergeseran kerak bumi, terutama bagian kulit bumi, dan membentuk jalur-jalur pegunungan. 

Lempeng-lempeng ini terus merayap sepanjang era geologi dengan kecepatan beberapa cm per tahun. Lempeng-lempeng bergerak saling menjauh, saling bergeser, saling bertabrakan dan juga menunjam atau emnyusup terhadap lempeng lainnya. Benua-benua yang ada sekarang adalah hasil pergerakan lempeng satu terhadap lainnya secara perlahanlahan dalam waktu yang sangat lama. Misalnya benua Afrika dan Amerika Selatan yang tadinya menyatu, bergerak saling menjauh dengan kecepatan 2 sampai 3 cm per tahun dalam waktu 160 juta tahun.

2.    Mineral

Mineral adalah sebagian besar zat hablur yang ada dalam kerak bumi serta bersifat homogen, baik fisik maupun kimiawi. Mineral tersebut merupakan persenyawaan anorganik asli yang mempunyai susunan kimia yang tetap. Mineral-mineral inilah yang merupakan bagian dari batuan atau dengan kata lain mineral adalah yang membentuk batuan, baik sendiri maupun berasosiasi. Sebagian mineral ini terdapat dala keadaan padat, tetapi juga dapat berada dalam keadaan setengah padat, cair ataupun gas. Mineral padat biasanya terdapat dalam bentuk kristal, misalnya kalsit, felspar, kuarsa, korundum, beril, kridsoberil dan lain-lain. Minyak bumi adalah contoh mineral dalam bentuk cair, sedangkan gas bumi adalah contoh mineral dalam bentuk gas. 

Banyak sifat fisik mineral yang dapat menolong kita dalam melakukan pengenalan dan sifat-sifat inilah yang akan sangat berhubungan erat dengan batumulia. Diantara sifat-sifat fisik tersebut antara lain warna, kilap, bentuk, kristal, belahan, berat jenis, sifat optik dan kekerasan. Dari analisis batuan, baik kimia maupun mineralogi, terbukti bahwa hanya ada 8 mineral utama yang memegang peranan penting dalam pembentukan batuan di kerak bumi. Mineral-mineral ini disebut sebagai pembentuk batuan. Mineral pembentuk batuan sebenarnya dibedakan menjadi 3, yaitu: mineral utama atau mineral primermineral sekunder dan mineral aksesor. Contoh mineral utama adalah kuarsa, felspar, felspatoid, mika, amfibol, piroksin dan olivin. Mineral sekunder adalah mineral yang terbentuk setelah mineral primer, misalnya klorit, klinoklor, dan biotit. Sementara mineral aksesor adalah mineral yang terdapat dalam jumlah sedikit, tapi hampir terdapat dalam semua batuan, misalnya magnetit dan sirkon.  

Mineral tersusun oleh satu atau lebih unsur kimia, msalnya Si, Al, Fe, Ca, K, Na, P, Mg, Sr dan sebagainya. Unsur-unsur inilah yang secara sendiri atau bersama-sama membentuk mineral dan selanjutnya mineral-mineral tersebut secara sendiri atau bersama-sama membentuk batuan. Dengan kata lain unsur adalah pembentuk mineral dan mineral adalah pembentuk batuan. Mineral yang terbentuk oleh satu unsur misalnya intan dan grafit. Sedangkan mineral yang terbentuk oleh lebih dari satu unsur misalnya kuarsa [amethyst, opal, krisopras], korundum [rubi dan safir], krisoberyl [aleksandrit], beryl [akuamarin], dan lain-lain. 

3.  Batuan di Kerak Bumi

Kerak bumi yang telah dipelajari hanyalah kerak bumi bagian atas atau lebih tepat disebut bagian kulit luarnya saja. Kulit kerak bumi, dimana sekarang ini kita hidup, terdiri dari berbagai macam batuan, dari mulai yang bersifat asam, sampai yang bersifat basa. Perlu diketahui bahwa pengertian batuan dalam ilmu geologi berbeda sekali dengan pengertian sehari-hari. Dalam ilmu geologi segala material yang membentuk dan menyusun kerak bumi disebut batuan, baik yang bersifat keras dan lunak, maupun yang bersifat repui dan lepas. Jadi yang disebut batuan adalah segala sesuatu yang menjadi bahan dalam pembentukan kerak bumi. Batuan-batuan tersebut tersusun oleh satu atau beberapa mineral, seperti kuarsa, felspar, kalsit, dolomit, magseit, mika, biotit, mikroklin dan ratusan lagi yang lain. Secara garis besar batuan dibedakan menjadi 3 yaitu batuan bekubatuan sedimen dan batuan metamorfik.

a.   Batuan Beku

Batuan beku terbentuk dari pembekuan larutan silikat yang cair dan pijar dikenal dengan sebutan magma. Magma yang semula berada di dalam bumi oleh kekuatan gas yang ada di dalamnya terdorong naik ke atas melalui tempat-tempat lemah dalam kerak bumi, seperti patahan, lubang, rongga, atau rekahan. Jadi magma dapat keluar ke permukaan kerak bumi melalui rongga dan membentuk gunungapi. Rongga tempat magma keluar disebut pipa atau leher gunungapi [volcanic neck]. Ada pula magma yang melalui rongga-rongga, retakan-retakan dan celah-celah kerak bumi yang berkilometer panjangnya. Dalam perjalanan ke kerak bumi, maka cairan magma cair dan pijar tersebut membeku, baik ketika masih di dalam maupun setelah di luar kerak bumi. Batuan yang membeku di dalam kerak bumi disebut batuan beku dalam [intrusi] yang juga disebut batuan plutonik atau abisik. Umumnya batuan plutonik ini mempunyai struktur holokristalin, artinya semua mineral dalam bentuk hablur atau kristal, misalnya batuan granit. Hal ini disebabkan karena cairan magma membeku secara perlahan-lahan, sehingga mineral yang  menghablur masih sempat membentuk kristal yang sempurna dan berukuran besar. Umumnya ini terjadi pada kedalaman 15 sampai 50 Km di dalam bumi. Jadi bila kita menemukan batuan granit atau pegmatit terhampar di permukaan [sekarang], sebenarnya [dahulu] membeku jauh di dalam bumi. Batuan tersebut tersingkap di permukaan karena adanya pengangkatan dan erosi.

Keadaan tersebut berbeda dengan batuan yang membeku di luar kerak bumi disebut batuan beku luar [ekstrusi] yang umumnya mempunyai struktur porfir atau setengah kristalin. Mineral dalam batuan berstruktur porfir ini dapat berkembang dalam dua atau tiga generasi, artinya satu jenis mineral dapat ditemukan dalam dua atau tiga bentuk; misalnya dalam kristal besar dan kecil. Terjadinya struktur porfir ini karena magma yang naik ke tempat yang lebih tinggi ada yang berbeda dengan keadaan semula. Beberapa kristal yang terbentuk pertama dan berukuran besar disebut fenokrist pada saat magma mulai mendingin karena bersinggungan dengan batuan sekitar. Magma yang relatif lebih dingin ini meneruskan perjalanan ke atas dan mendingin secara cepat atau tiba-tiba setelah bersinggungan dengan udara. Pendinginan tiba-tiba ini mengakibatkan terbentuknya kristal berukuran kecil. Bila tidak sempat menghablur magma akan membentuk masa yang tidak mengandung kristal atau amorf. Jadi sifat utama dari struktur porfir ini ialah kristal yang besar [fenokrist] terletak pada masa dasar [matriks] yang terdiri dari kristal kecil atau amorf. 

Ada 4 jenis magma, yaitu magma granit, magma seinit, magma diorit dan magma gabro. Urutan ini menunjukkan sifat keasaman yang makin rendah, sementara warna makin gelap. Batuan granit disebut batuan asam karena banyak mengandung silika, sedangkan batuan gabro disebut batuan basa karena kadar silikanya berkurang. Warna yang muda pada batuan asam [granit] disebabkan oleh mineral-mineral berwarna muda, sedangkan warna yang lebih tua pada batuan basa disebabkan oleh banyaknya mineral-mineral ferro-magnesium. Susunan mineral batuan granit ialah kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit dan hornblende; sedang mineral aksesornya ialah apatit, magnetit dan sirkon. Batuan granit yang lebih masam dari batuan induknya dan berbutir kasar adalah batuan pegmatit atau batuan granit grafik, sedangkan yang berbutir halus disebut batuan aplit. Batuan lelehan, membeku di luar atau di permukaan dari magma granit disebut batuan riolit, memiliki susunan kimia sama dengan batuan granit, tapi strukturnya yang berbeda; biasanya struktur porfir atau amorf. 

Batuan seinit mempunyai susunan mineralogi hampir sama dengan batuan granit, tapi tidak mengandung batuan kuarsa, sehingga warnanya juga lebih tua. Lelehan dari magma atau batuan seinit disebut batuan porfirseinit atau batuan trakhit, biasanya dapat dikenal dari fenokrisnya yang besar, misalnya mineral sanidin. Magma atau batuan diorit juga mempunyai susunan mineral hampir sama dengan batuan granit dan batuan seinit, namun jumlah mineral ferro-magnesiumnya bertambah sehingga warnanya lebih tua. Mineral felspar dalam batuan diorit umumnya plagioklas, sementara mineral femiknya adalah piroksin dan amfibol. Lelehan batua diorit disebut batuan andesit dan umumnya dihasilkan oleh gunungapi, terutama di Indonesia. Antara batuan diorit dan batuan granit terdapat berbagai bentuk peralihan misalnya batuan granodiorit dan batuan diorit kuarsa. Magma atau batuan gabro mempunya warna lebih tua dari ketiga batuan tersebut sebelumnya, karena tersusun dari mineral femik seperti piroksin dan olivin. Lelehan batuan gabro disebut batuan basalt dan merupakan batuan paling umum dijumpai di mana-mana. Misalnya seluruh pulau Iceland tertutup oleh batuan basalt dengan luas sekitar 100.000 Km2 dan tebal 300 M, sementara gunungapi di Indonesia umumnya juga menghasilkan batuan basalt, misalnya di daerah Sukadana, Lampung. 

b.   Batuan Sedimen

Pengaruh iklim dan lamanya waktu tersingkap di permukaan dan adanya berbagai kekuatan, maka batuan beku mengalami suatu proses perombakan, penghancuran dan pengangkutan yang disebut erosi. Material yang berasal dari batuan yang terkena proses erosi terbawa oleh aliran air dan diendapkan di dasar laut, danau, cekungan atau tempat-tempat rendah lainnya sebagai batuan sedimen. Salah satu sifat batuan sedimen adalah berlapis-lapis, misalnya batugamping, lempung, batupasir dan lumpur. Adanya perlapisan-perlapisan tersebut disebabkan oleh perbedaan butir atau adanya selang waktu yang cukup lama, ribuan atau jutaan tahun. Tebal lapisan juga bervaria si dari beberapa cm sampai beberapa meter. Biasanya lapisan paling tebal terdapat di tempat pengendapan yang paling dalam. Makin ke tepi atau ke tempat dangkal pelapisan akan makin menipis atau membaji. 

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada waktu kerak bumi terbentuk untuk pertama kalinya seluruh batuan dalam kerak bumi adalah batuan hablur atau batuan kristal. Dari batuan hablur inilah kemudian terbentuk batuan sedimen, karena adanya kekuatan dari luar seperti pelapukan, aliran air dan angin. Awalnya batuan sedimen ini masih dalam keadaan lunak dan urai, karena adanya proses pemampatan, maka terjadi mampat dan keras. Proses pemampatan ini disebabkan adanya tekanan dari atas atau beban karena tebalnya endapan, atau juga karena adanya gaya pelipatan dan lain-lain. Ada juga batuan sedimen klastik yang diendapkan oleh aktivitas gunungapi disebut batuan sedimen piroklastik atau rempah-rempah gunungapi, misalnya tufa, lapili, bom dan sejenisnya. 

Disamping itu juga ada batuan sedimen yang diendapkan secara kimiawi dan organik. Batuan sedimen yang terbentuk oleh proses kimia, yakni mengendap langsung dari larutan yang mengandung berbagai unsur di dasar samudera, laut atau danau. Contoh sedimen kimiawi adalah batugamping, dolomit, magnesit, gipsum, halit dan sebagainya. Sementara batuan sedimen yang terbetuk secara organik adalah batuan sedimen yang diendapkan langsung dari larutan dengan pertolongan jasad hidup, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan, misalnya batu gamping koral, ganggang, radiolarit dan lain-lain.  

c.  Batuan Metamorf

Ada satu jenis lagi batuan yang desbut batuan metamorf, baik yang berasal dari batuan beku maupun dari batuan sedimen, yang telah terkenan proses perubahan karena panas dan tekanan. Ketika magma yang cair dan kental, naik ke permukaan melalui celah atau lubang, menyinggung dan menekan batuan yang telah ada sehingga batuan samping tersebut mengalami proses ubahan atau metamorfosa. Batuan yang telah mengalami perubahan ini disebut batuan metamorf. Batuan metamorf yang berasal dari batuan beku, misalnya skist dan genes, sementara yang berasal dari batuan sedimen, contohnya marmer dan batusabak. Metamorfosa ini juga dapat terjadi karena adanya patahan atau timbunan batuan di atasnya, tapi biasanya jangkauan dan perubahannya sangat terbatas. Ada satu lagi proses perubahan yang tidak melibatkan panas dan tekanan, yaitu proses yang disebut diagenesa, misalnya perubahan batuan tufa [riolitik] menjadi bentonit, zeolit dan/atau felspar. 

Ada 3 jenis metamorfosa yaitu metamorfosa termal atau metamorfosa sentuh, metamorfosa dinamo dan metamorfosa regional. Pada metamorfosa termal atau metamorfosa sentuh yang berperan penting adalah temperatur, sementara tekanan hanya berperan kecil. Kita kenal adanya beberapa jenis metamorfosa sentuh ini misalnya pirometamorfosa [panas], pneu-matolisa [gas], hidrotermal [air] dan sebagainya. Pada metamorfosa dinamo yang berperan penting adalah tekanan, biasanya berarah dan terjadi pada bagian atas kerak. Tekanan ini biasanya berasal dari gaya yang disebabkan oleh gerakan patahan atau sesaran pada batuan yang sudah. Pada waktu pergeseran terjadi, maka temperatur akan sering meningkat dan mengubah batuan sekitar menjadi batuan pseudotakhilit. 

Metamorfosa regional terbentuk, jika tekanan dan temperatur bekerja bersama di bagian dalam kerak bumi dalam jangkauan yang luas, karena tekanan dan temperatur sangat tinggi dan berlangsung cukup lama. Metamorfosa regional ini dibagi menjadi 3 zona, yaitu epizonemesozone dan katazone, dan di zona-zona ini dicirikan oleh mineral-mineral tertentu. Mineral batuan metamorf di daerah epizone antara lain serpih dan filit serta gneis yang kaya akan mineral albit. Di daerah mesozone biasanya terdapat sekis [sekis biotit dan sekis muskovit] dan genis [genis aluminium dan genis silisium], sementara mineral yang khas adalah granat staurolit dan kyanit. Umumnya batuan di zona ini menunjukkan sekistositas yang nyata, kecuali marmer [batugamping metamorf] dan kuarsit [batupasir kuarsa metamorf]. Di daerah katazone berlaku tekanan dan temperatur tinggi, tapi tekanan di sini bukan terarah melainkan hidrostatik. Cirinya, batuan yang terubah menunjukkan kristalisasi seluruhnya, sementara sekistositasnya tidak nyata. Mineral petunjuk metamorfosa da daerah katazone ini antara lain silimanit, kordiri dan katagranat.  


1.   Struktur Kerak Bumi

Umumnya batuan sedimen diendapkan mendatar, kecuali yang diendap-kan di tepi dasar laut atau danau yang posisinya miring atau membaji. Baik batuan beku mau pun batuan sedimen di kerak bumi mengalami deformasi atau perubahan bentuk karena adanya gerakan tektonik, misal lempenglempeng saling berbenturan. Benturan ini akan menimbulkan gaya tangensial [mendatar] yang menyebabkan batuan sedimen akan terlipat dan melengkung, dan mungkin juga patah atau bergeser. Punggung lipatan disebut antiklinal, sedangkan lembah lipatan disebut sinklinal. Apabila posisi lapisan batuan berubah, misalnya naik, turun atau bergeser, maka perubahan ini disebabkan karena adanya patahan atau sesar. Jenis-jenis patahan ini banyak sekali, misalnya patahan naik, patahan turun, patahan jenjang, patahan mendatar dan sebagainya. Struktur patahan dan lipatan akan lebih nyata dan mudah diamati pada batuan sedimen.

Bentuk struktur lain, terutama yang berkaitan dengan batuan beku adalah bentuk ekstrusi atau intrusi. Yang dimaksud dengan bentuk ekstrusi ialah bentuk yang diangun oleh magma ketika mencapai permukaan bumi. Apabila magma yang mencapai permukaan yang disebut lava ini masih cair, maka akan menyebar luas dan terbatas bila sudah mengental. Lava ini bersama material yang dikeluarkan pada waktu gunungapi meletus yang akan membentuk gunungapi strato. Bila tubuh gunungapi ini tererosi, maka yang tertinggal adalah lava yang tersekap dalam korok sebagai tiang erupsi atau leher gunungapi [volcanic neck]. Meskipun bentuk tiang erupsi ini berhubungan dengan bentuk ekstrusi, namun digolongkan sebagai bentuk intrusi. 


Magma yang sedang dalam perjalanan menuju ke permukaan sering tidak sampai mencapai permukaan, karena keburu membeku di dalam bumi. Bentuk ini disebut bentuk intrusi yang menerobos batuan, baik batuan beku, maupun batuan sedimen, tapi juga sering menyelinap di antara perlapisan atau memotong perlapisan sedimen yang dilewati. Ada bermacammacam bentuk intrusi dengan nama yang berbeda-beda pula, misalnya intrusi lakolit, lopolit, fakolit, batolit, intrusi gelang, intrusi corong, dyke, gang, dan lain-lain.  
[sh]    

Geologi Batumulia | Sarno Harjato



PENDAHULUAN


Batumulia merupakan bagian dari mineral industri dan juga sebagian kecil dari ilmu geologi, yaitu geologi ekonomi. Dalam ilmu geologi ekonomi ini kita dapat mempelajari bagaimana mencari, menemukan, mengeksplorasi dan mengevaluasi bahan galian termasuk di dalamnya, batumulia. Bahan galian yang dipelajari dalam geologi ekonomi, antara lain bahan galian radioaktif [ditangani oleh Badan Tenaga Atom Nasional], bahan galian minyak dan gas bumi [ditangani oleh pt. Pertamina], bahan galian batubara dan gambut, bahan galian logam yang meliputi bahan galian logam dasar, logam mulia, logam paduan besi dan logam langka, bahan galian non-logam, atau lebih populer dengan sebutan bahan galian industri dan batuan. Ini meliputi bahan galian industri kimia, keramik, bahan bangunan dan batumulia.

Bahan galian batumulia adalah satu-satunya bahan galian yang sulit dievaluasi, baik cadangan maupun mutunya. Andai dapat dievaluasi, pun terbatas pada bahan galian batumulia primer dan aluvial. Ini pun tidak dapat akurat seperti menghitung cadangan Dan mengetahui mutu bahan galian industri lain, seperti batugamping, dolomit, felspar, bentonit, zeolit dan sebagainya. Dalam evaluasi bahan galian batumulia, umunya kita hanya dapat menentukan bahwa di suatu daerah terdapat bahan batumulia yang dapat ditambang dan mutunya rata-rata juga baik. Perlu diingat, bahwa yang dapat disebutkan seperti itu hanyalah batumulia yang terdapat sebagai endapan aluvial [intan, rubi, safir, garnet] atau yang terdapat sebagai endapan primer dalam batuan induknya [intan dalam kimberlit]. 

Kita tidak akan dapat mengevaluasi cadangan dan mutu batumulia seperti sitrin, agate, amethist, kalsedon, krisopras, krisokola, kayu terkersikkan dan lainlain yang terdapat sebagai gelundungan [bongkahan, brangkal, kerakal dan kerikil] di sungai-sungai. Bahkan bahan galian batumulia yang terdapat in-situ, yaitu di tempat terjadinya, seperti di dalam batuan breksi vulkanik, bukan sebagai komponen, melainkan sebagai pengisi karena proses diagenesis; tidak mungkin dapat dievaluasi secara akurat. Jadi yang penting diketahui dalam mencari batumulia adalah keadaan geologi daerah setempat, termasuk jenis batuan induk atau batuan pembawa. Dengan mengetahui batuan induknya, kita akan dapat mencari dan menemukannya, baik di dalam batuan induk itu sendiri maupun rombakan yang terendapkan di tempat-tempat yang lebih rendah seperti di lembah, sungai, pantai atau dataran rendah lainnya.

Jumat, 05 September 2014

Bukan Sembarang Akik



05 September 2014

DUA berita Suara Merdeka menarik perhatian penulis untuk ikut membicarakan tentang batu akik asal Kebumen. Berita pertama (SM, 28/8) tentang batu Luk Ulo yang digemari oleh Obama ataupun oleh Jokowi. Berita kedua (SM, 24/8) tentang tingkat batuan Kebumen. Bebatuan yang ada di sepanjang Sungai Luk Ulo dan sekitarnya sungguh sangat beragam jenisnya.

Kebanyakan berada di sekitar Kecamatan Karangsambung, Karanggayam, dan hulu sungai. Sudah sejak lama batu Luk Ulo menjadi incaran penggemar batu. Hanya saja, mereka yang mendapatkan batu yang asal muasalnya dari wilayah Karangsambung dan Karanggayam, menamakannya dengan batu bacan, misalnya. Dan, batu bacan yang harga per butirnya bisa mencapai puluhan juta rupiah itu kerap diklaim dari wilayah tertentu demi menaikkan harga. Mengingat, wilayah tertentu itu diidentikkan sebagai penghasil batu mulia. Padahal berbagai jenis batu mulia itu ada di Karangsambung dan Karanggayam. Selain dibuat akik, batu Luk Ulo, juga dibuat aksesori lain seperti lointin, cincin, dan patung. 

 Simbol Semangat Kerja 

Selain sebagai perhiasan, akik juga bisa menjadi simbol semangat kerja. Bila kita utak-atik, kata akik terdiri dari huruf a (aktif), k (kreatif), i (inovatif), dan k (komunikatif). Maka ketika cincin akik dipakai oleh siapa pun diharapkan bisa menimbulkan gairah dalam bekerja. Sebagai abdi negara, misalnya, dituntut untuk dapat bekerja dengan semangat lebih tinggi, jujur, dan disiplin. Dan bagi mereka yang memiliki usaha atau pekerjaan tetap, akan senantiasa diingatkan agar memiliki semangat kerja aktif, kreatif, inovatif, dan komunikatif di mana pun berada, dan kapan pun saja.

Keunggulan batu-batuan Kebumen merupakan potensi yang bisa dikembangkan. Perhatian dari pemerintah Kabupaten Kebumen sangat dibutuhkan untuk pengembangannya. Memakai batu akik tak sekadar bergaya, melainkan diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja. Batu-batuan Kebumen diharapkan benar-benar akan dapat membawa manfaat bagi perajin, warga Kebumen, sehingga kesejahteraan masyarakat akan lebih meningkat. (24)

–Ambijo,
Ketua Forum Penulis Kebumen.


http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2014/09/05/272523/Bukan-Sembarang-Akik

Senin, 01 September 2014

Batu Akik dan Kesetaraan Gender

Sesungguhnya batu tak mengenal perbedaan kelamin manusia pemakainya..
Pomeo ini, hampir bisa dipastikan; tak terbantahkan. Namun ketika intervensi manusia [pengrajin dan pemakainya] itu sendiri dalam proses panjang mengangkat derajat batu menjadi benda hiasan yang mengandung nilai artistik, dan dengan begitu terbilang memuliakannya; muncul pula kecenderungan baru yang dalam perkembangannya dimungkinkan berubah menjadi asumsi yang bias. 

Asumsi bias itu adalah anggapan bahwa batu artistik, terutama batu akik, menjadi "terjerumus" dan/atau diidentikkan dengan jagad maskulin. Hal ini memang masih merupakan asumsi subyektif, pendapat personal. Yang boleh jadi, keliru. Karena faktanya, banyak pula kaum hawa mengenakan aksesori berbahan batu akik, baik dalam bentuk cincin, bros maupun liontin. 

Problem Disain Cutting  

Menurut Bambang Indrajit, salah satu penyokong pengembangan seni batu akik Kebumen, problem disain pemotongan menjadi hal yang secara langsung maupun tidak berkorelasi dengan "keterjerumusan" identifikasi yang menyebutkan bahwa batuan akik dan segala produk turunannya lebih mewakili identitas laki-laki. 

"Sesungguhnya ini menjadi salah kaprah", kilahnya. 


 [to be continued]