Senin, 01 September 2014

Batu Akik dan Kesetaraan Gender

Sesungguhnya batu tak mengenal perbedaan kelamin manusia pemakainya..
Pomeo ini, hampir bisa dipastikan; tak terbantahkan. Namun ketika intervensi manusia [pengrajin dan pemakainya] itu sendiri dalam proses panjang mengangkat derajat batu menjadi benda hiasan yang mengandung nilai artistik, dan dengan begitu terbilang memuliakannya; muncul pula kecenderungan baru yang dalam perkembangannya dimungkinkan berubah menjadi asumsi yang bias. 

Asumsi bias itu adalah anggapan bahwa batu artistik, terutama batu akik, menjadi "terjerumus" dan/atau diidentikkan dengan jagad maskulin. Hal ini memang masih merupakan asumsi subyektif, pendapat personal. Yang boleh jadi, keliru. Karena faktanya, banyak pula kaum hawa mengenakan aksesori berbahan batu akik, baik dalam bentuk cincin, bros maupun liontin. 

Problem Disain Cutting  

Menurut Bambang Indrajit, salah satu penyokong pengembangan seni batu akik Kebumen, problem disain pemotongan menjadi hal yang secara langsung maupun tidak berkorelasi dengan "keterjerumusan" identifikasi yang menyebutkan bahwa batuan akik dan segala produk turunannya lebih mewakili identitas laki-laki. 

"Sesungguhnya ini menjadi salah kaprah", kilahnya. 


 [to be continued]
 
     

0 komentar:

Posting Komentar